Liputan6.com, Jakarta - Mata Tomi Nugroho (36) berkaca-kaca saat tiba di rumah duka Sinar Kasih Bondongan, Bogor, Sabtu malam 8 September 2018.
Dia terlihat tak sabar menanti kedatangan jenazah istrinya Nurul Sobiah (34), salah satu korban kecelakaan bus pariwisata di tanjakan Ciareuy, Cikidang, Sukabumi, Jawa Barat, Sabtu siang.
Advertisement
"Istri saya ikut gathering selama dua hari di Citarik, Sukabumi," kata Tomi.
Karyawan yang ikut acara tersebut adalah mereka yang mendapat bonus dari perusahaan karena mampu mencapai target penjualan sepeda motor.
Dalam acara tersebut, Nurul bersama ratusan karyawan PT Putra Catur Jaya dari cabang Bekasi dan Bogor berangkat menggunakan empat unit bus. Rencananya, puncak kegiatan diisi dengan berolahraga rafting di Citarik, Minggu ini.
"Saya sempat nganter dia ke kantor dealer cabang Kemang Bogor Sabtu jam 5 pagi," kata Tomi.
Setelah mengantarkan istrinya, ia kembali pulang ke rumah di Perumahan Villa Ciomas, Desa Ciomas, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor.
"Waktu bus mau berangkat sempat WA (WhatsApp), mama mau berangkat. Itu jam 6 pagi," tutur Tomi.
Nurul kembali memberitahu pada sekitar pukul 08.00 WIB sudah sampai di depan Lido dan sedang menunggu satu rombongan bus dari Bekasi.
"Terakhir sekitar jam 8, dia WA lagi minta tolong bayarin angsuran motor. Katanya dia lupa belum bayar," kata Tomi.
Ia pun bergegas membayar angsuran motor dan mengirim bukti pembayaran kepada istrinya melalui whatsapp. "Saya kirim foto struk jam 12 kurang, dia cuma jawab, ya," ujar Tomi.
Kalimat itu menjadi pesan terakhir Nurul kepada Tomi. Semenjak itu, Tomi kehilangan kontak. Saat dihubungi, telepon genggam istrinya tak lagi aktif. Meski sudah beberapa kali dicoba.
"Saya dapet info ini dari temen. Suruh buka FB, katanya di situ ada bus rombongan karyawan Honda kecelakaan," kata dia.
Nurul Sobiah adalah salah korban meninggal akibat kecelakaan maut di Sukabumi. Total 21 korban jiwa melayang usai bus wisata B 7025 SGA terjun ke jurang di turunan letter S, Kampung Bantarselang, Desa Cikidang, Kecamatan Cikidang, Kabupaten Sukabumi, Sabtu sekitar pukul 12.00 WIB.
"Kendaraan langsung masuk ke jurang. Dalamnya jurang dari jalan sekitar 25-30 meter," ujar Kapolres Sukabumi AKBP Nasriadi, Sabtu 8 September 2018.
Bus nahas ini mengangkut sekitar 30 penumpang. Bus itu adalah satu dari lima bus rombongan wisata karyawan PT Catur Putra Group.
Mereka hendak mengikuti acara gathering di tempat wisata arung jerang. Rombongan bus berangkat dari Jakarta dan Bogor.
"Seluruh korban sudah dievakuasi dan dibawa ke RSUD Palabuhanratu, RSUD Sekarwangi, dan sebagian lagi dirawat di Puskesmas Cikidang," ucap Nasriadi.
Kepolisian membentuk Posko DVI Polda Jabar di ruang jenazah RSUD Palabuhanratu. Posko jadi pusat informasi bagi keluarga para korban. Berdasarkan data, mayoritas korban merupakan warga Bogor.
Seluruh jenazah korban meninggal dunia dibawa ke RS Palabuhanratu. Penanganan korban luka dilakukan di dua rumah sakit. Sebanyak 14 korban di RS Palabuhanratu, dan tiga orang di RS Sekarwangi.
Kecelakaan di turunan letter S, Kampung Bantarselang, Desa Cikidang, Cikidang bukan satu-satunya di Sukabumi hari itu. Sebelumnya, satu orang meninggal setelah bus milik Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) 1010-00 terjun ke jurang sedalam 100 meter di Tanjakan Cisarakan, Kampung Cisarakan, Desa Buniwangi, Kelurahan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Satu korban tewas tersebut bernama Saeful Bahri.
Tak Uji Berkala Sejak 2016
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Budi Setiyadi menemukan sejumlah fakta-fakta lain di balik kecelakaan maut di Cikidang, Sukabumi.
"Ini kendaraan wisata dari perusahaan Indonesia Indah Wisata, sudah dari 2016 tidak uji berkala. Artinya empat kali kewajiban uji berkala tidak dilakukan," ujar Budi usai peninjauan, Minggu (9/9/2018).
Budi meninjau lokasi kecelakaan bus didampingi pejabat kepolisan Polda Jawa Barat, Polres Sukabumi, Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat, Dishub Kabupaten Sukabumi, dan Jasa Raharja. Mereka sempat mengecek kondisi bus yang masih berada di bawah jurang.
Selain itu, Budi juga menduga ada dugaan over kapasitas penumpang bus. Di buku uji KIR 2016 yang ditemukan dalam kendaraan, bus nahas tersebut hanya bisa mengangkut 32 orang penumpang saja.
"Sedangkan jumlah korban ada 38 orang. Ini yang sisanya dari 32, tujuh orang, mereka duduk di mana. Berarti tidak ada jaminan kenyamanan dan keselamatan," kata Budi.
Petugas juga sudah memintai keterangan korban selamat yang sudah bisa diajak berkomunikasi. Bus nahas tersebut sempat mengalami kendala saat dalam perjalanan di Cijeruk, Kabupaten Bogor.
Menurut Budi, Polres Sukabumi akan membentuk tim khusus untuk penyelidikan kasus kecelakaan ini. Dia meminta yang dihukum tidak hanya sopir, operator Bus pun harus bertanggung jawab.
"Kenapa tidak dilakukan uji berkala selama dua tahun. Apakah ini kesengajaan atau kelalaian," pungkas Budi.
Sementara itu, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo menuturkan, tim gabungan masih melakukan analisis di lokasi kejadian. Tim gabungan terdiri dari tim Penegakan Hukum Lalu Lintas Polda Jawa Barat dan Korps Lalu Lintas Polri sebagai back up.
"Tersangka belum ditentukan, sedang dalam pembuktian secara ilmiah oleh tim gabungan," ujar Dedi saat dikonfirmasi, Jakarta, Minggu (9/9/2018).
Dia menuturkan, perkembangan penyelidikan akan dilaporkan berkala oleh Direktorat Lalu Lintas Polda Jawa Barat. Ia memastikan, tim gabungan terus bekerja secara maksimal untuk menyelidiki kecelakaan yang menewaskan 21 orang tersebut.
"Tim gabungan masih terus bekerja baik di TKP (tempat kejadian perkara), maupun di posko, serta laboraturium," kata Dedi.
Advertisement
RK Surati PO Bus
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil memerintahkan Dinas Perhubungan agar menyurati perusahaan-perusahaan bus untuk meminta mereka memeriksa kesehatan sopir serta perlengkapan keselamatan bus menyusul kecelakaan yang menewaskan 21 orang di Cikidang, Kabupaten Sukabumi, Sabtu.
"Karena saya dengar ada indikasi rem blong yang menyebabkan kecelakaan bus di Sukabumi," kata Ridwan Kamil di Bandung, Sabtu 8 September 2018.
Dia ingin instansinya bergerak cepat menangani korban kecelakaan dan melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah kejadian serupa berulang.
"Dengan adanya warning dari Gubernur ini memastikan agar hari esok dan ke depannya tidak terjadi lagi kecelakaan yang diakibatkan kelalaian sopir dan ketidaksempurnaan sistem pengamanan," jelas dia seperti dikutip dari Antara.
Saat ini dia menyatakan masih menunggu laporan resmi dari intansi terkait perihal faktor penyebab kecelakaan bus yang menurut data sementara telah menyebabkan 17 orang meninggal dunia dan belasan lainnya terluka itu.
Setelah mendapatkan laporan rinci, ia akan menggelar rapat dengan Dinas Perhubungan Jawa Barat untuk menentukan langkah selanjutnya.
"Memastikan apakah ini faktor oleh tikungan, kemiringan atau apa pun. Kalau itu masalahnya kita akan ambil sebuah tindakan engineering untuk memperbaikinya," tambah dia.
Ia juga menyampikan belasungkawa kepada keluarga korban kecelakaan itu.
"Bagi mereka yang ditinggalkan saya turut berduka cita, mudah-mudahan diberikan kesabaran dan ketabahan," kata dia.
Saksikan video pilihan di bawah ini: