Liputan6.com, Atlantic City - Seorang peserta dalam kontes bakat dan kecantikan Miss America mengatakan bahwa Presiden Amerika Serikat Donald Trump "telah menyebabkan banyak perpecahan" di Negeri Paman Sam.
Hal itu diutarakan Madeline Collins, peserta dari Negara Bagian Virginia Barat (Miss West Virginia), dalam babak wawancara di atas panggung pada Jumat, 7 September 2018 malam waktu setempat. Kala itu, panelis juri bertanya tentang apa yang Collins rasakan sebagai masalah paling serius yang dihadapi bangsa ini.
"Donald Trump adalah masalah terbesar yang dihadapi negara kami," katanya, "Sayangnya dia telah menyebabkan banyak perpecahan di negara kita," lanjut Collins, seperti dikutip dari CBS News, Senin (10/9/2018).
Baca Juga
Advertisement
Tanggapan wawancara dibatasi hingga 20 detik dan Collins tidak masuk ke sesi tambahan. Organisasi Miss America menolak permintaan dari kantor berita AS The Associated Press untuk mewawancarai Collins setelah kompetisi Jumat malam telah berakhir.
Dia tidak memenangkan babak wawancara. Penghargaan itu diberikan kepada Miss Massachusetts Gabriela Taveras, yang pertanyaannya berkaitan dengan bagaimana orang Amerika Serikat harus berinteraksi dengan orang-orang di negara lain saat bepergian ke luar negeri.
Taveras mengatakan, penting untuk membiarkan orang-orang di negara lain tahu bahwa, "Kami sebagai orang Amerika mendukung mereka dan bahwa kami ada untuk membantu mereka."
Babak wawancara merupakan pengganti babak baju renang (swimsuit) dalam kontes tahun ini. Perubahan itu telah menciptakan kontroversi di antara mereka yang merasa bahwa perlombaan perlu dimodernisasi secara bermartabat dan tanpa mengobjektivikasi perempuan; dengan mereka yang merasa bahwa babak pagelaran busana renang merupakan bagian yang integral dan memiliki nilai tradisi dari kontes tahunan itu.
Simak video pilihan berikut:
Isu Panas
Selama dua malam pertama kompetisi, beberapa pertanyaan dalam babak wawancara di atas panggung telah menyentuh isu panas. Salah satunya adalah aksi protes kala lagu kebangsaan dikumandangkan --seperti yang banyak dipraktikkan oleh sejumlah atlet di Liga Basket NBA dan Liga American Football NFL.
Menurut tradisi di AS, ketika "Star Spangled Banner" dikumandangkan dalam suatu perhelatan publik, orang-orang secara normatif diwajibkan untuk mendekap tangan kanan ke dada atau memberi hormat (jika ada bendera yang turut dikibarkan).
Namun, beberapa orang, seperti atlet olah raga NBA dan NFL yang kebanyakan berasal dari kelompok Latin-Amerika atau Afrika-Amerika, memilih untuk berlutut --menyimbolisasikan protes terhadap berbagai isu, mulai dari aksi kebrutalan polisi terhadap kelompok masyarakat kulit berwarna, serta pemerintahan Presiden Donald Trump yang insensitif kepada imigran.
Sebuah pertanyaan tentang kepatutan dari protes itu membantu mendorong Miss Virginia Emili McPhail memperoleh keunggulan sementara pada Kamis, 6 September malam. Dia mengatakan kepada para panelis juri bahwa para atlet memiliki hak untuk memprotes dengan berlutut, mencatat bahwa masalah yang sebenarnya adalah kebrutalan polisi.
Advertisement