Upah Kerja di AS Naik Bakal Bebani Harga Emas

Sejumlah sentimen akan pengaruhi harga emas mulai dari data tenaga kerja AS hingga pergerakan dolar AS.

oleh Agustina Melani diperbarui 10 Sep 2018, 09:00 WIB
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, New York - Rilis data tenaga kerja dan upah Amerika Serikat (AS) diperkirakan pengaruhi gerak harga emas pada pekan ini.

Dengan kenaikan upah di AS akan menjadi pertimbangan bank sentral AS atau the Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga. Hal tersebut akan berdampak terhadap harga emas.

Pada Jumat pekan lalu, rilis data tenaga kerja pada Agustus mendorong harga emas di bawah posisi USD 1.200 per ounce. Harga emas untuk pengiriman Desember ditransaksikan di posisi USD 1.200,40 per ounce. Ini akan pengaruhi harga emas pada pekan ini.

"Harga emas akan melemah dan coba level terendah pada pekan ini. Jangan terkejut bila sentuh USD 1.183 dalam jangka pendek," ujar Head of Global Strategy TD Securities, Bart Melek, seperti dikutip dari laman Kitco, Senin (10/9/2018).

Harga emas berbalik arah menyusul laporan tenaga kerja AS dari Agustus yang bertambah 210 ribu. Sementara tingkat pengangguran tetap di 3,9 persen. Sementara itu, rata-rata upah naik 0,4 persen pada Agustus 2018. Sedangkan kenaikan gaji tahunan menjadi 2,9 persen yang termasuk pertumbuhan terkuat dalam sembilan tahun.

"Pertumbuhan upah secara riil juga jadi katalis menekan inflasi. Suku bunga the Fed akan naik bertahap. Kami berpikir hal itu tidak terlalu menekan emas. Namun, sulit melihat reli harga emas secara signifikan sementara the Fed tidak mundur," tutur Melek.

Sementara itu, Ekonom Capital Economics, Paul Ashworth menuturkan, rata-rata penghasilan per jam naik merupakan berita besar bagi the Federal Reserve.

"Ini jelas menunjuk pada kenaikan suku bunga lainnya pada pertemuan the Federal Reserve berikutnya. Kemungkinan akan naik 25 basis poin. The Fed memperkirakan kenaikan suku bunga sebanyak dua kali lagi," ujar dia.

 


Sentimen Lainnya

Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Sementara semuanya tampak siap untuk kenaikan suku bunga lainnya pada September nanti, masih ada beberapa faktor kunci yang dapat gagalkan rencana the Federal Reserve.  Salah satunya negosiasi perjanjian dagang.

"Ini harus menjadi sesuatu yang dramatis di perdagangan. Presiden AS Donald Trump memutuskan untuk memicu penarikan enam bulan dari NAFTA pekan depan jika kesepakatan dengan Kanada gagal,” ujar Ashworth.

Ia menambahkan, hal itu dikombinasikan dengan ancaman tambahan tarif USD 200 miliar untuk barang impor China. Namun, saat ini ekonomi AS sedang berkembang pesat sehingga efek stimulus fiskal bisa luntur, memperlambat pertumbuhan ekonomi dan memaksa the Federal Reserve mengakhiri siklus pengetatannya.

Sementara itu, Chief Market Strategis SIA Wealth Management, Colin Cieszynski menuturkan, dirinya optimistis terhadap harga emas tetapi tidak harapkan reli.  "Harga emas terus berada di dekat posisi USD 1.200 dan sepertinya yang terburuk secara teknis," kata dia.

Ia menambahkan, harga emas dapat naik ke posisi USD 1.215-USD 1.220. Selain itu, pergerakan dolar AS menurut Ciesynski juga menekan harga emas.

"The Fed akan bertemu akhir bulan ini dan akan menaikkan suku bunga kemudian tetap selama beberapa bulan. Bagi AS sesuatu yang akan menggagalkannya terkait ekonomi. Dolar AS akan naik dan menekan emas," ujar dia.

Adapun pada pekan ini data ekonomi yang akan keluar antara lain laporan ritel AS, inflasi, dan produksi industri. Selain itu, Bank Sentral Inggris dan Bank Sentral Eropa akan rilis pengumuman kebijakan moneternya pada Kamis pekan ini.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya