Liputan6.com, New York - Alibaba mengklarifikasi pemberitaan terkait pendiri Alibaba Jack Ma yang pensiun dari Alibaba. Alibaba menegaskan kalau kabar itu tidak benar.
Salah seorang juru bicara Alibaba menuturkan, Jack Ma tetap menjadi chairman Alibaba. Jack Ma akan mengumumkan rencana transisi kepemimpinan perusahaan paling berharga di Asia pada 10 September 2018, tepat saat ulang tahunnya ke-54. Kabar ini bertentangan dengan artikel New York Times yang mengabarkan Jack Ma akan pensiun.
Advertisement
"Kisah Times diambil di luar konteks, dan ternyata salah," ujar juru bicara tersebut, seperti dikutip dari laman SMCP, Senin (10/9/2018).
Berdasarkan laporan tahunan Alibaba yang diajukan kepada Securities and Exhchange Commission AS, Ma merupakan lifetime member dari Alibaba Partnership, sebuah kelompok yang terdiri dari 36 senior manajer yang bertanggung jawab untuk misi dan budaya Alibaba.
"Saya duduk bersama eksekutif senior kami 10 tahun lalu, dan bertanya apa yang akan dilakukan Alibaba tanpa saya,” ujar Ma.
“Saya sangat bangga bahwa Alibaba sekarang memiliki struktur, budaya perusahaan, tata kelola dan sistem untuk talenta yang memungkinkan saya untuk melangkah tanpa sebabkan gangguan,” ujar dia.
Pada pekan depan, Jack Ma dijadwalkan akan berada di Rusia. Jack Ma akan bekerja sama dengan perusahaan internet Rusia Mail.ru yang dimiliki taipan Rusia Alisher Usmanov. Selain itu, Ma juga akan berbicara di investor day pada pertengahan September. Selanjutnya, Ma juga akan ke Cape Town. Ia berjanji untuk membantu Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa untuk mendirikan pusat pelatihan digital membina kewirausahaan di kalangan pemuda.
Alibaba, perusahaan yang didirikan Jack Ma berbasis di Hangzhou yang dimulai sebagai e-commerce. Didirikan dengan biaya USD 60 ribu, kini selama dua dekade berkembang menjadi perusahaan senilai dengan kapitalisasi pasar USD 420 miliar. Perusahaan itu bergerak di belanja online, pembayaran tanpa uang tunai, komputasi awan, kecerdasan buatan dan bahkan film Hollywood. Alibaba memiliki lebih dari 86 ribu karyawan.
Dengan usaha tersebut, Ma pun menjadi salah satu orang terkaya di China. Berdasarkan indeks Bloomberg Billionaires, kekayaannya mencapai USD 40 miliar. Sebelum mendirikan Alibaba, ia pernah menjadi guru Bahasa Inggris. Rekan-rekannya mengenal Ma sebagai Guru Ma.
Jack Ma telah banyak lepaskan diri dari masalah operasional dan manajemen harian kerajaan bisnisnya yang luas sejak mengundurkan diri dari Chief Executive Officer (CEO) pada 2013, dan mendedikasikan lebih banyak waktu dan kekayaan untuk filantrofi melalui Jack Ma Foundation.
"Ada banyak hal yang dapat saya pelajari dari Bill Gates. Saya tidak pernah bisa menjadi kaya tetapi satu hal yang dapat saya lakukan lebih baik adalah pensiun lebih awal. Saya pikir suatu hari nanti, saya akan kembali mengajar. Ini adalah sesuatu yang menurut saya bisa lakukan dari pada menjadi CEO Alibaba," ujar Ma, saat wawancara dengan Bloomberg Television.
Sejak serahkan jabatan CEO kepada Daniel Zhang, Ma habiskan waktu dengan menjadi pembicara mengenai kebijakan globalisasi, potensi teknologi untuk meningkatkan kehidupan dan filantropi.
"Ada begitu banyak hal yang saya ingin curahkan waktu saya untuk pendidikan, lingkungan dan filantropi," ujar dia.
Ia menyangkal kalau menyerahkan kendali pada saat lingkungan bisnis memburuk. "Siapa pun yang mengenal saya, tahu saya memeluk masa depan. Ini bukan tentang pensiun, menjauh dan mundur. Ini rencana sistematis," kata dia.
Soal Institut di Indonesia, Jack Ma Belum Tentukan Sikap
Sebelumnya, Pendiri sekaligus CEO Alibaba Group Jack Ma diketahui telah bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi), di Istana Bogor pada Sabtu 1 September 2018.
Dalam pertemuan tersebut, Jokowi didampingi sejumlah menteri dari Kabinet Kerja, seperti Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, Menko PMK Puan Maharani, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution.
Rudiantara menuturkan dalam pertemuan selama satu jam itu, para menteri mengusulkan agar Jack Ma membuat institut di Indonesia. Tujuannya, untuk mengembangkan sumber daya manusia dalam bidang ekonomi digital.
Saat disinggung mengenai institut usai melakukan pertemuan lanjutan, Jack Ma mengaku dirinya masih mempertimbangkan hal tersebut. Ia mengakui masih ada sejumlah pekerjaan yang perlu dibicarakan lebih lanjut.
"Kami sedang mempertimbangkan soal membangun insitut itu, yang ditujukan untuk menghasilkan talenta dalam bidang wirausaha. Kami masih memiliki pekerjaan yang harus dibicarakan lain kali," tuturnya kepada Tekno Liputan6.com di hotel Ritz Carlton Pacific Place di Jakarta, Minggu 2 September 2018.
Pernyataan itu juga diamini oleh Rudiantara yang ditemui secara terpisah. Dia mengaku masih ada beberapa hal yang perlu dibicarakan lebih lanjut. Karenanya, Jack Ma akan kembali ke Indonesia pada bulan depan.
"Oktober itu, Jack Ma akan kembali ke Indonesia membahas lagi hasil pertemuan ini, termasuk soal institut. Akan tetapi, pada prinsipnya dia setuju tentang pengembangan sumber daya manusia ini," ujarnya menjelaskan.
Sebelumnya di Istana Bogor, Rudiantara menuturkan sejumlah menteri mengusulkan agar ada insitut Jack Ma di Indonesia.
Kehadiran institut diharapkan dapat dijadikan sebagai sarana pengembangan sumber daya manusia yang dibutuhkan.
Dia menjelaskan dengan adanya institut ini, Indonesia dapat mengejar ekonomi digital yang tengah digencarkan oleh seluruh dunia. Salah satunya dengan mengembangkan startup yang ada di Indonesia.
"Kebutuhan talent (sumber daya manusia) ini jadi isu nomer satu di dunia. Saking cepatnya pertumbuhan ekonomi ini, sumber daya manusianya yang belum bisa ngejar," tutur Rudiantara.
Karenanya, ia menuturkan institut ini harapannya dapat menghasilkan sumber daya manusia yang dibutuhkan industri di Indonesia. Nantinya, pengembangan dan peningkatan kapasitas talenta asal Indonesia akan dilakukan di institut ini.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement