Liputan6.com, Jakarta - Berkembangnya teknologi di zaman digital seperti sekarang ini, membuat para ilmuwan semakin kreatif mengembangkan robot berbasis serangga.
Mereka bahkan mengimplementasikan konsep hybrid dengan memadukan setengah badan serangka dan setengah komponen robotik.
Baca Juga
Advertisement
Kecoak, ambil contoh. Para insinyur di Kaliningrad, Rusia, mengembangkan robot kecoak yang dapat merangkak ke ruang-ruang yang sulit dijangkau untuk mengumpulkan informasi intelijen.
Dilansir Uconn Today, Selasa (11/9/2018), robot kecoak ini bahkan bisa diprediksi dapat menyelamatkan hidup manusia dari bahaya.
Robot kecoak tersebut dikembangkan oleh tim ilmuwan dan insinyur di Immanuel Kant Baltic Federal University.
'Serangga' ini mampu bergerak pada kecepatan 30 sentimeter per detik dan dilengkapi dengan sensor cahaya, sensor sentuhan, dan sensor nonkontak.
Ketiga sensor itu memungkinkan untuk mendeteksi dan menghindari rintangan di jalan. Karena itu, robot kecoak ini dapat digunakan untuk mencari orang yang terjebak di bawah reruntuhan dalam situasi darurat.
Dapat Membawa Beban
Dengan ukuran panjang 10 sentimeter, robot kecoak tersebut juga dapat membawa beban seberat 10 gram di punggungnya, yang kira-kira setara dengan beban kamera pengintai kecil.
Karena itu, robot yang modelnya mengacu pada spesies kecoak Amerika Selatan, Blaberus Craniefer, telah menarik minat kalangan militer.
Perancang utama dan profesor di bidang fisika robot tersebut, Alexei Belousov, mengatakan, "Pesanan pengembangan robot ini datang dari sebuah organisasi Rusia yang mengatakan bahwa robot ini harus semirip mungkin dengan kecoa sungguhan."
Advertisement
Bukan yang Pertama
Akan tetapi, berdasarkan informasi yang dikutip dari Popular Science, Senin (10/9/2018), Belousov enggan membeberkan informasi mengenai organisasi yang dimaksud.
Adapun pengembangan robot kecoak ini bukanlah yang pertama kalinya. Pada Juli 2015, sekelompok ilmuwan University of California mengembangkan robot kecoak yang bisa memanjat.
Kemudian, di akhir triwulan pertama 2015, sekelompok ilmuwan Texas University pun menggarap proyek serupa.
(Jek/Ysl)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: