Liputan6.com, Beijing - China tengah gencar mengembangkan Belt and Road Initiative (BRI) atau Jalur Sutra Baru, kebijakan politik ekonomi luar negeri terkait strategi pembangunan yang diusulkan oleh pemimpin tertinggi Tiongkok Xi Jinping.
Berfokus pada konektivitas dan kerja sama antara negara-negara Eurasia, terutama Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Silk Road Economic Belt atau Sabuk Ekonomi Jalur Sutra (SREB) berbasis daratan dan Jalur Sutra Maritim (MSR) lintas samudra.
Advertisement
Strategi tersebut menegaskan tekad China untuk mengambil peran lebih besar dalam urusan global, dengan sebuah jaringan perdagangan yang berpusat di Negeri Tirai Bambu.
Terkait hal tersebut, sejumlah delegasi dari 10 negara diundang untuk menjelajah beberapa tempat di China, mengunjungi beberapa perusahaan yang terdampak kebijakan Jalur Sutra tesebut pada 21 hingga 31 Agustus 2018.
Kesepuluh negara itu di antaranya dari Indonesia, Pakistan, India, Jepang, Vietnam, Filipina, Mongolia, Myanmar, Korea Selatan dan Korea utara.
Dalam kunjungan kali ini, para delegasi diajak berbincang soal Belt and Road Initiative dengan sejumlah kalangan. Di antaranya asisstant executive untuk China Center for International Economic Exchanges di Beijing, Chen Wenling, wakil Wali Kota Daqing, perwakilan pemerintah Inner Mongolia dan sejumlah perwakilan dari perusahaan ternama di Tiongkok.
Inisiatif China ini awalnya disebut One Belt and One Road (Satu Sabuk dan Satu Jalan), namun di pertengahan tahun 2016 nama resminya diganti menjadi Belt and Road Initiative (Inisiatif Sabuk dan Jalan).
Dalam tiga tahun terakhir, fokusnya adalah terutama pada investasi infrastruktur, material konstruksi, kereta api dan jalan raya, mobil, real estate, jaringan listrik, serta besi dan baja.
Saksikan juga video berikut ini:
Menghidupkan Kembali Jalur Sutra Kuno
China ingin menghidupkan kembali Jalur Sutra kuno melalui dua sumbu utama, yaitu Sabuk Ekonomi Jalur Sutra atau Silk Road Economic Belt (Jalur Sutra Darat) dan 21st Century Maritime Silk Road (Jalur Sutra Laut).
Belakangan, dua konsep tersebut melahirkan Belt and Road Initiative (BRI) yang dipandang luas sebagai kebijakan luar negeri dan strategi ekonomi Tiongkok.
Indonesia masuk dalam salah satu negara yang memainkan peran dalam upaya China menghidupkan kembali Jalur Sutra Maritim. Pasalnya, jalur yang dibangun untuk menghubungkan Timur dan Barat ini melintasi Indonesia.
Boleh jadi, ini pula yang melatarbelakangi keputusan Presiden Xi Jinping untuk mencetuskan gagasan 21st Century Maritime Silk Road dalam kunjungannya ke Tanah Air pada 2-3 Oktober 2013.
Bagi China, gagasan 21st Century Maritime Silk Road sejalan dengan kebijakan Presiden Joko Widodo yang ingin mengembalikan kejayaan Indonesia sebagai poros maritim dunia.
Advertisement