Liputan6.com, Jakarta Cara apa yang Anda terapkan saat mengedukasi seorang remaja soal kesehatan organ reproduksi dan seks? Cara mendidik yang menakut-nakuti atau justru menjelaskan secara komprehensif?
Psikolog klinis dari Klinik Angsamera, sbiklinik yang melayani konsultasi masalah seksual dan reproduksi--, Inez Kristanti, M.Psi., berpendapat, memberikan edukasi kesehatan seksual dengan menakut-nakuti cenderung membuat si remaja penasaran dan bisa berujung melakukan hubungan seksual tak aman.
Advertisement
"Misalnya ditakut-takuti dengan gambaran penyakit akibat hubungan seksual. Justru dia bisa melakukan hubungan seksual dengan cara tidak aman. Namanya remaja, makin ingin tahu, tetapi informasi didapat dari orang yang salah," ujar dia dalam peluncuran kampanye #AkuDewasa di Jakarta, Selasa.
Ketimbang menakut-nakuti, Inez menyarankan pendidikan seks pada remaja lewat cara yang ramah dan komprehensif, termasuk alternatif yang bisa si remaja pilih.
"Sebagai orang dewasa, beri pemahaman bagaimana membantu remaja memutuskan keputusan soal reproduksi yang bertanggung jawab. Secara psikologis, ketika seseorang diberi pilihan, dia akan cenderung memilih dengan bijak," tutur dosen psikologi di Unika Atma Jaya Jakarta itu.
Saat mengedukasi remaja menyoal seks, ada beberapa komponen yang harus Anda perhatikan antara lain materi harus sesuai usia, informasi mencakup hal-hal akurat seperti soal kontrasepsi, abstinence dan pencegahan penularan infeksi akibat hubungan seksual.
"Sesuai usia. Untuk usia tertentu, materinya berbeda. Usia 3 tahun misalnya, pengenalan bagian privat dia dulu," tutur Inez. (Antara/Lia Wanadriani Santosa)