Liputan6.com, Jayapura - "Ini jalan Jokowi. Jokowi kasih uang, trus jalan ini ada," begitu kata Anis Wayag (30) yang lebih senang menyebut jalan Trans Papua yang menghubungkan Jayapura dan Wamena dengan Jalan Jokowi.
Walaupun Anis belum pernah bertemu langsung dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi), bukan tanpa alasan Anis yang berasal dari Kampung Walarek, Kabupaten Yalimo, berkisah tentang kondisi jalan di daerahnya.
Dulunya, sebelum jalan ini ada, untuk menghubungkan jalan dari kampungnya ke Elelim, ibu kota Yalimo membutuhkan waktu hingga satu bulan lamanya berjalan kaki menembus lebatnya hutan.
"Tapi setelah jalan trans ini terhubung hanya dibutuhkan waktu satu hari satu malam dengan berjalan kaki. Kondisi jalan sudah bagus dan terhubung. Terima kasih Pak Jokowi," kata Anis.
Baca Juga
Advertisement
Jalan Trans Papua yang menghubungkan Jayapura – Wamena terbentang sepanjang 575 kilometer. Jalan ini membelah gunung, menyisiri bukit hingga melewati sungai-sungai lebar. Walaupun masih dalam tahap pengerjaan, antusiasme warga dan sopir pembawa sembako dan kebutuhan pokok tak bisa lagi terbendung untuk melewati jalan ini.
Ini menjadi cerminan bahwa animo masyarakat untuk menjangkau wilayah satu dengan wilayah lain di Papua melalui jalan darat sangat tinggi, terutama dari wilayah pesisir ke pegunungan seperti jalan dari Jayapura-Wamena.
Hebatnya lagi jalan Trans Papua Wamena - Jayapura menghubungkan delapan kabupaten di pegunungan tengah Papua yakni Kabupaten Jayawijaya, Yalimo, Tolikara, Puncak Jaya, Ilaga, sampai tembus ke Sinak, Lanny Jaya, Kobakma, Nduga dan Mbua.
"Semangat warga memang luar biasa untuk mengirim sembako ke Wamena atau sebaliknya lewat jalan darat. Tapi, jika ini terus dilakukan akan mengganggu pengerjaan jalan. Jalan Wamena-Jayapura belum layak digunakan," kata Kepala Balai Besar Pembangunan Jalan Nasional Wilayah XVIII, Osman Marbun saat meninjau langsung Trans Papua pada 7-8 September 2018.
Menurunkan Ketinggian Jalan
Dalam proses pengerjalan jalannya, banyak ditemukan sejumlah ruas jalan di atas ketinggian gunung yang diturunkan, misalnya pada KM 370 ada penurunan tingkatan jalan hingga 17 meter. “Intinya jalan harus nyaman untuk digunakan dan jika ada kondisi rawan harus dibenahi dan diturunkan kecuramannya,” kata Osman.
Termasuk pada sejumlah ruas jalan di lokasi tertentu yang rawan longsor tidak bisa digunakan terlebih dahulu.
Tahun ini ada lima titik yang diturunkan ketinggian jalannya, misalnya di daerah Sungai Gilika, lalu dua lokasi dekat Jembatan Kali Kruku dan di sekitar Sungai Edan yang kecuraman jalannya hingga 70 derajat.
"Ini semua masih dikerjakan. Progres pengerjaannya telah mencapai 60 persen dan harapannya akhir tahun ini bisa dilakukan pengaspalan," jelas Osman.
Bupati Kabupaten Yalimo, Lakius Peyon sependapat dengan Balai Jalan Nasional untuk menghentikan sementara penggunaan jalan Trans Papua. Harapannya, pengerjaan jalan bisa cepat dilakukan, tanpa adanya gangguan lalu-lalang mobil pembawa sembako dan kebutuhan warga lainnya.
"Data yang kami miliki ada sekitar 20-30 mobil yang setiap hari melintasi jalan itu. Kami harapkan ini bisa disetop terlebih dahulu," kata Lakius.
Sambil menunggu pengerjaan jalan, Pemkab Yalimo akan menyiapkan pos pengamanan yang akan ditempatkan di sejumlah titik ruas jalan tersebut.
"Banyak mobil atau truk yang sudah tiba di Yalimo dan akan melanjutkan perjalanannya ke Jayapura, saya minta kembali, karena jika diteruskan bisa mengganggu pekerjaan jalan," ujarnya.
Advertisement
Menekan Harga Kebutuhan Pokok
Bupati Kabupaten Yalimo, Lakius Peyon menyebutkan jika ruas jalan Wamena-Jayapura terhubung, daerah yang dipimpinnya bisa menjadi jalur transit dan otomatis menekan harga kebutuhan pokok saat ini.
Misalnya saja harga semen jika dikirim lewat udara ongkos angkutnya bisa mencapai Rp 10-12 ribu per km, sehingga harga semen di Yalimo jika dikirim lewat udara bisa mencapai Rp 700 ribu per sak. Tetapi jika pengiriman dilakukan lewat darat maka harga semen bisa dijual seharga Rp 350-400 ribu per sak. “Penurunan harga bisa mencapai 200 persen jika jalan ini difungsikan,” kata Lakius.
Banyaknya warga yang melintasi jalan trans ini, karena memberikan dampak yang luar biasa bagi penurunan harga kebutuhan pokok masyarakat, khususnya di wilayah pegunungan tengah Papua.
"Rencananya kami akan membuka jalan ini pada Desember dengan ditandai pengiriman barang dari Jayapura ke Wamena," Osman menambahkan.
Kini, jika jalan Trans Papua yang menghubungkan Wamena dan Jayapura difungsikan, maka akan mewujudkan mimpi Anis Wayag dan masyarakat Papua lainnya untuk mendapatkan harga kebutuhan pokok yang sama murahnya dengan daerah lainnya di Indonesia.
"Jalan ini juga bisa membawa saya bertemu dengan Pak Jokowi di Jayapura lewat jalan darat, tidak lagi menggunakan pesawat dan bisa menghemat biaya perjalanan," kata Anis sambil tersenyum senang.