Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region (MOR) 1 memastikan distribusi Bahan Bakar Minyak (BBM) di Sumatera Barat berjalan aman dan lancar. Pertamina memastikan tidak ada kelangkaan BBM di daerah tersebut.
Unit Manager Communication and CSR Pertamina MOR I Rudi Ariffianto menjelaskan, dalam beberapa hari terakhir terjadi lonjakan konsumsi BBM karena panic buying. Hal tersebut bisa terjadi usai beredarnya informasi palsu atau hoaks soal perubahan harga BBM.
Baca Juga
Advertisement
"Untuk pasokan Premium di wilayah Sumatera Barat pada umumnya saat ini tidak ada pengurangan, dengan rata-rata pasokan masih lebih dari 1.100 KL per hari. Artinya masih normal" jelas Rudi dalam keterangan tertulis, Selasa (11/9/2018).
Secara proporsi jumlah pasokan BBM jenis Premium di Sumatera Barat termasuk yang tertinggi dibandingkan provinsi lainnya di Indonesia. Dengan komposisi lebih dari 64 persen gasoline yang dipasok untuk Sumatera Barat adalah Premium.
Rudi menambahkan, kendaraan pribadi tentu sangat diharapkan untuk bisa menggunakan BBM sesuai dengan spesifikasi. "Sehingga Premium dapat lebih fokus penggunaannya untuk kendaraan umum atau roda dua," tambah Rudi.
Meskipun begitu sampai dengan saat ini memang belum ada peraturan yang membatasi pembelian Premium di SPBU. Pertamina mengharapkan produk BBM jenis Premium dapat lebih tepat sasaran khususnya untuk kendaraan roda dua dan angkutan umum.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Pemerintah Pastikan Harga BBM Tak Naik
Sebelumnya, nilai rupiah terhadap dolar AS melewah sampai level Rp 14.969 akibat dampak dinamika ekonomi global. Meskipun begitu, sektor minyak dan gas (migas) di Indonesia tercatat memiliki penerimaan yang bagus sehingga tak ada rencana kenaikkan.
"Pemerintah tidak merencanakan kenaikkan harga BBM dalam waktu dekat," ujar Menteri ESDM Ignasius Jonan, Selasa, 5 September 2019 di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta.
BACA JUGA
Dasar dari keputusan tidak menaikkan harga BBM adalah capaian positif penerimaan negara di subsektor migas pada semester pertama 2018. Penerimaan tersebut lebih baik ketimbang periode yang sama di tahun sebelumnya.
"Penerimaan negara di subsektor migas pada semester pertama 2018 lebih baik, bahkan lebih besar sekitar USD 1,89 miliar dibanding semester pertama tahun lalu. Bahan setelah dikurangi tambahan subsidi solar tahun ini, angkanya masih positif," ucap Jonan.
Lebih lanjut, Agung Pribadi selaku Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian ESDM, menguraikan bahwa angka tersebut adalah penerimaan negara yang berasal dari lifting migas.
"Untuk semester pertama 2018, angka penerimaan negara dari migas ini mencapai USD 6,57 miliar, tahun lalu pada periode yang sama angkanya USD 4,68 miliar. Nilainya naik USD 1,89 miliar atau sekitar Rp 28 triliun, ucap Agung, Rabu (5/9/2018) di Jakarta.
Melihat pencapaian itu, ia memandang wajar keputusan pemerintah untuk tidak menaikkan harga BBM meski kurs rupiah terhadap dolar AS melemah. Agung pun optimistis bahwa tren neraca migas yang menunjukkan sinyal positif di semester pertama 2018 tetap akan berlanjut di semester kedua 2018.
Advertisement