Proyek Pembangkit Listrik 35 Ribu MW Tetap Jalan di Lombok

Pembangunan pembangkit listrik bagian dari proyek 35 ribu‎ Mega Watt (MW), di Lombok, Nusa Tenggara Timur (NTB) tidak terganggu akibat gempa.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 12 Sep 2018, 09:04 WIB
PLN memastikan pasokan listrik untuk Gili Air, Gili Meno, dan Gili Trawangan hari ini sudah menyala kembali usai gempa besar pada minggu (5/8/2018) lalu. (Foto:Humas PLN)

Liputan6.com, Lombok - Pembangunan pembangkit listrik bagian dari proyek 35 ribu‎ Mega Watt (MW), di Lombok, Nusa Tenggara Timur (NTB) tidak terganggu akibat gempa bumi yang mengguncang wilayah tersebut.

General Manager PLN NTB, Rudi Purnomo Loka mengatakan,  proyek pembangkit bagian dari program 35 ribu MW harus tetap berjalan, meski di wilayah Lombok telah terjadi gempa bumi. Lantaran, jika ditunda akan ‎membuat kerugian.

‎"Proyek 35 ribu MW harus tetap jalan, kalau sudah dimulai harus jalan ngga boleh ditunda, kalau ditunda rugi," kata Rudi, di Lombok, Rabu (12/9/2018).

Rudi mengungkapkan, salah satu pembangkit bagian proyek 35 ribu MW yang sedang dibangun di Lombok adalah, Pem‎bangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) peaker berkapasitas 150 Mega Watt (MW). "Dari 35 ribu MW salah satunya PLTMG 150 MW, itu mesin gas peaker," tutur Rudi.

Rudi menuturkan, PLTMG 150 MW tersebut akan beroperasi tepat waktu sesuai rencana pada awal 2019‎. Pembangkit yang dibangun PLN tersebut terdiri dari tujuh unit mesin pembangkit. "Dalam waktu dekat peaker 150 MW PLTMG. Rencananya COD awal 2019,"‎ ujar dia.

 

 


Kerugian Infrastruktur PLN Akibat Gempa Capai Rp 70 Miliar

PLN memastikan pasokan listrik untuk Gili Air, Gili Meno, dan Gili Trawangan hari ini sudah menyala kembali usai gempa besar pada minggu (5/8/2018) lalu. (Foto:Humas PLN)

Sebelumnya, PT PLN (persero) memperkirakan kerugian infrastruktur akibat gempa bumi di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) mencapai mencapai Rp 70 miliar.

General Manager PLN Wilayah NTB Rudi Purnomo Loka mengatakan, gempa bumi yang mengguncang wilayah NTB khususnya Lombok, mengakibatkan infrastruktur kelistrikan di wilayah tersebut mengalami kerusakan.

Kerusakan tersebut diantaranya travo miring, kabel sambungan rumah tangga yang jatuh, kabel terlepas dari‎ isolator dan tiang yang miring.

"Guncangan gempa membuat infrastruktur kami mengalami gangguan," kata Rudi, dikutip Selasa 11 September  2018.

Atas kerusakan infrastruktur kelistrikan akibat gempa besar yang terjadi pada akhir Juli 2018 kemudian disusul 5 Agustus 2018 dan 9 Juli 2018, PLN memperkirakan kerugian mencapai Rp 70 miliar.

‎"Kerugian mencapai Rp 70 miliar, semua itu fisiknya saja, pembangkit, travo rusak, paling banyak sambungan rumah tangga," tuturnya.

Menurut Rudi, kerugian tersebut belum termasuk kerugian PLN di luar fisik, seperti penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) untuk menggantikan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang sempat berhenti beroperasi.

"Itu di luar PLTU kita yang tidak beroperasi digantikan diesel," tuturnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya