Turunkan Jumlah Perokok di Indonesia Tak Cukup dengan Menaikkan Harga

Terkait upaya penurunan jumlah perokok di Indonesia, Pegiat Gaya Hidup Sehat dan Pendiri Sana Studio Laila Munaf menyebutkan, harus ada intervensi sosial yang ikut berkontribusi mengurangi prevalensi merokok.

oleh CISDI diperbarui 14 Sep 2018, 10:00 WIB
Kabar miris datang dari Sukabumi. Seorang bocah laki-laki berusia 2,5 tahun berinisial R kecanduan rokok. Korban bisa menghabiskan...

Liputan6.com, Jakarta Terkait upaya penurunan jumlah perokok di Indonesia, Pegiat Gaya Hidup Sehat dan Pendiri Sana Studio Laila Munaf menyebutkan, harus ada intervensi sosial yang ikut berkontribusi mengurangi prevalensi merokok. Tak cukup hanya dengan mengatur harga rokok.

“Untuk menyadarkan para perokok, kita harus memperbanyak kampanye dan edukasi hidup sehat karena masih banyak orang di sekitar kita yang bersikap abai. Kita bisa mengambil contoh dari kampanye diet kantung plastik yang marak di media sosial, dengan cara itu kita juga bisa mulai melakukan kampanye hidup sehat dengan tidak merokok,"ujar Laila dalam diskusi Ruang.Temu, Kamis (6/9/2018), di Tierspace, Jakarta Selatan.

Karena itu, untuk menurunkan prevalensi merokok di Indonesia, tak hanya diperlukan intervensi harga namun juga intervensi non-harga.“Semua harus berjalan berbarengan. Kenaikan harga rokok iya, kampanye dan edukasi kesehatan juga iya,” ujar Laila.

Pakar Branding dan Komunikasi Pemasaran Yasha Chatab bahkan menambahkan law enforcement mengenai periklanan rokok juga masih harus diperketat.

“Permintaan (demand) untuk merokok memang direspon dengan sensitivitas dan kreativitas industri terhadap selera pasar serta didukung harganya yang sangat murah. Perubahan datangnya tidak hanya dari pemerintah, namun juga dari masyarakat. Jadi, yang menjadi pertanyaan adalah what can we do about this?,"ujar Nurul Luntungan dari Center for Indonesia’s Strategic Initiatives (CISDI).

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya