Liputan6.com, Jakarta Bayi bermata satu lahir di Kabupaten Mandailing Natal (Madina) Sumatera Utara. Bayi berjenis kelamin perempuan ini lahir melalui operasi cesar.
Kepala Dinas Kesehatan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Madina, Syarifuddin Nasution, mengatakan bayi tersebut lahir di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Panyabungan, pada Kamis, 13 September 2018, sekitar pukul 15.25 WIB.
"Kita sudah melakukan pengecekan. Tapi, belum sempat menemui orangtuanya, karena masih syok," kata Syarifuddin.
Syarifuddin lebih jauh menjelaskan, saat ini kondisi bayi sangat memprihatinkan. Bayi tersebut terlahir dari proses operasi cesar dengan kondisi tidak memiliki hidung dan bermata satu, sedangkan organ tubuh lainnya lengkap.
"Saat ini pihak rumah sakit telah memasang selang oksigen dari mulut bayi," ungkapnya
Syarifuddin menyebut, dari keterangan dokter yang melakukan penanganan terhadap bayi, harapan hidup bayi bermata satu sangat kecil. Apalagi kondisi yang dialami bayi termasuk dalam kasus yang sangat langka.
"Kasus-kasus sebelumnya, satu sampai tiga hari. Tadi dokter bilang, lima jam saja sudah syukur. Kondisi umumnya, bayi mengalami gangguan pernafasan dan jatung. Denyut jantung di bawah 100," kata Syarifuddin menjelaskan.
Baca Juga
Advertisement
Dugaan Sementara Terpapar Merkuri dan Obat-Obatan
Dugaan sementara penyebab bayi lahirnya bayi bermata satu karena terpapar merkuri dan obat-obatan. Orangtua bayi tinggal di Kelurahan Kayu Jati, Kecamatan Panyabungan Kota, bekerja di salah satu tambang yang diduga ilegal.
"Orangtua bayi itu warga perantau dari Pulau Jawa. Kita menduga terkena virus," ungkapnya.
Informasi diperoleh Liputan6.com, bayi malang itu merupakan anak kelima yang dilahirkan oleh seorang ibu berinisial S. Saat dilahirkan, bayi memiliki berat 2400 gram.
Syarifuddin mengaku, sepengetahuannya kejadian seperti ini tergolong langka, dan merupakan kasus ke-7 yang terjadi di dunia. Sebelum di Panyabungan, kasus yang sama pernah terjadi di negara Mesir.
"Kita masih sulit mendapat informasi, karena keluarga bayi masih tertutup," ujarnya.
Rencananya, jika kondisi bayi dalam keadaan stabil, bayi akan dirujuk ke Kota Medan, berjarak kurang lebih 515 kilometer, dengan jarak tempuh 12 jam. Namun melihat kondisi bayi yang diprediksi bertahan satu sampai tiga hari, memunculkan berbagai pertimbangan.
"Takutnya di jalan nanti. Karena dari keterangan dokter, kondisi bayi kemungkinan hanya bertahan hidup 1 sampai 3 hari," Syarifuddin menerangkan.
Pihak rumah sakit masih melakukan perawatan intensif. Setiap 15 menit sekali, bayi dicek kondisinya.
Simak juga video pilihan berikut ini:
Advertisement