Liputan6.com, Hamburg - Seperti kebanyakan anak berusia tujuh tahun, Emil Rustige mengajukan protes ketika orangtua lebih banyak menaruh perhatian ke ponsel dibandingkan dengan buah hatinya. Namun tidak seperti anak-anak lain, Emil memutuskan untuk membawa masalah tersebut ke jalanan.
Dengan bantuan orangtuanya, Emil mengorganisasi demonstrasi pada 8 September lalu di kota kelahirannya di Hamburg, Jerman, yang diikuti oleh 150 orang. Slogan unjuk rasa tersebut berbunyi: "Bermain denganku, tidak dengan ponselmu!"
Menurut laporan Spiegel Online, sebagaimana dikutip dari dari Qz.com pada Jumat (14/9/2018), Emil Rustige mengatakan kepada pers Jerman bahwa ide demonstrasi didapat dari protes anti-fasisme yang ia hadiri Mei lalu. Dia merasa ide tersebut dapat menyuarakan kegelisahannya, dan kemudian segera menyampaikan pada orangtuanya, yang memutuskan untuk memberi dukungan.
Baca Juga
Advertisement
Ayahnya, seorang dokter anak berusia 37 tahun, mendaftarkan demonstrasi tersebut ke polisi Jerman. Meskipun keluarganya tidak berpikir akan mendapat banyak perhatian, hampir 400 orang menyatakan minatnya via Facebook, dan banyak media Jerman melaporkan cerita tersebut.
Ayah Emil, Martin Rustige, mengatakan kepada Spiegel Online, "Apa yang dikeluhkan oleh Emil adalah saat-saat ketika dia bersama saya, dan mungkin berkomunikasi dengan saya, tapi saya benar-benar tidak ada karena melakukan hal lain."
Seperti banyak negara lain, kecanduan teknologi adalah topik hangat di Jerman. Menurut Spiegel Online, beberapa kecelakaan pada anak, baik fisik maupun psikis, semakin sering terjadi akibat fokus yang teralihkan pada ponsel.
"Jika orangtua tidak menanggapi kontak mata anak-anak mereka, ada penelitian yang menunjukkan bahwa hal itu menyebabkan stres fisik dan hormonal pada sang buah hati," kata psikolog Catarina Katzer.
Pada Januari 2017, Kantor Pemuda dan Keluarga di Kota Augsburg, Jerman, menjalankan kampanye bertajuk "Bicara kepada anak Anda!" yang mendesak orangtua untuk mengalihkan ponsel mereka, dan memberikan kontak mata serta perhatian cukup kepada anak-anak.
Meski begitu, ada beberapa kalangan yang menuding demonstrasi yang digagas oleh Emil, adalah aksi publisitas orangtuanya terhadap isu penggunaan teknologi media dalam pengasuhan anak. Hal tersebut langsung ditepis, di mana ayahnya berani bersumpah bahwa ia tidak ambil peran apa pun, kecuali mendukung gagasan anaknya.
"Saya adalah orang yang akan berada di belakang barisan demonstrasi, dengan kepala tertunduk, karena saya orang yang dia keluhkan," katanya kepada situs Der Spiegel.
Simak video pilihan berikut:
Antara Pelarian atau Tidak Sengaja
Sementara itu, menurut sebuah makalah ilmiah yang diterbitkannya dalam jurnal Pediatric Research, semakin banyak orangtua yang melaporkan contoh-contoh "technoference" --perangkat teknologi yang mengganggu interaksi sosial--kian memicu banyak masalah perilaku yang dialami anak-anak mereka.
Penyebabnya masih belum jelas, apakah orang tua beralih ke teknologi sebagai bentuk pelarian dari masalah anak-anak, atau justru orangtua yang sengaja mendalami teknologi, tanpa sengaja melewatkan perhatian pada buah hati mereka.
Penelitian terkait menemukan fakta bahwa orangtua dapat menjadi kurang responsif terhadap anak-anak, karena gangguan digital memberi sedikit paparan untuk membaca emosi buah hati mereka.
"Orangtua yang sering menggunakan perangkat seluler selama kegiatan mengasuh anak, menunjukkan pemahaman yang lebih rendah tentang kondisi mental dan niat anak mereka," tulis laporan terkait.
"Secara klinis, hasil kami menunjukkan bahwa perangkat seluler dan teknologi digital lainnya berpotensi menghilangkan stres bagi orangtua, tetapi pada saat bersamaan, berpotensi halangi peluang mempererat kualitas hubungan orang tua-anak yang penting bagi kesehatan dan perkembangan buah hati," sambung laporan tersebut menjelaskan.
Advertisement