Liputan6.com, Jakarta - Para pengusaha yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) dan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyerukan dukungan dunia usaha terhadap Penguatan rupiah dan Ekonomi Indonesia.
Dukungan tersebut diserukan dalam sebuah acara Seminar Nasional bertajuk Peran Serta Dunia Usaha Dalam Membangun Sistem Perpajakan dan Moneter Yang Adil, Transparan dan Akuntabel dilangsungkan di Grand Ballroom Kempinsky, Jakarta Pusat, Jumat (14/9/2018).
Seminar yang dihadiri lebih dari 1.200 pengusaha ini juga menghadirkan beberapa pejabat diantaranya Menteri Keuangan Sri Mulyani, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo, Direktur Jenderal Pajak Robert Pakpahan, Direktur Jenderal Bea dan Cukai Heru Pambudi serta Kepala Badan Kebijakan Fiskal Suahazil Nazara.
Baca Juga
Advertisement
Ketua Apindo Hariyadi Sukamdani mengatakan, Indonesia sedang menghadapi tekanan dinamika ekonomi global. Para pengusaha yang tergabung dalam Apindo dan Kadin deklarasikan gerakan penguatan ekonomi Indonesia.
"Apindo dan Kadin menyerukan pernyataan dukungan dunia usaha untuk penguatan rupiah dan ekonomi Indonesia," kata dia.
Adapun langkah-Iangkah atau aksi mendukung pemerintah memperkuat ekonomi dan rupiah melalui:
1. Membatasi penggunaan transaksi valuta asing, hanya digunakan untuk tujuan yang benar-benar penting saja.
2. Mengutamakan pemasok dalam negeri dalam rantai bisnis.
3. Meningkatkan ekspor dan mencari peluang pasar non tradisional luar negeri.
4. Menyusun rancangan investasi dalam bentuk rupiah termasuk pinjamam dalam bentuk rupiah.
5. Maksimalisasi tenaga kerja dan ahli lokal, dan konversi upah tenaga asing ke rupiah dengan nilai yang tetap.
"Apindo dan Kadin meyakini bahwa langkah-langkah aksi ini bisa dilakukan kolektif para pengusaha sehingga mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi Indonesia dan penguatan nilai tukar rupiah," ujarnya.
Kendati demikian dia menegaskan perlunya penyusunan kebijakan pajak yang Iebih konstrukif mendorong semangat tumbuhnya investasi bukan yang mengancam dan menakut-nakuti dunia usaha.
"Selain kebijakan pajak, kita juga memerlukan inovasi sistem cukai yang Iebih stimulasi positif bagi kategori industri yang memerlukan bahan baku import, yang belum dapat diproduksi di dalam negeri."
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Fundamental Ekonomi
Sebagaimana diketahui, meski pemerintah menyatakan fundamental perekonomian Indonesia baik, namun tekanan perekonomian global masih mempersulit ekonomi Indonesia.
Defisit neraca pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II-2018 melebar dari USD -3,9 miliar menjadi USD -4,3 miliar tertinggi sejak Quarter Re 4, 2015. Sejalan dengan peningkatan defisit NPI, cadangan devisa menurun dari USD 126 miliar pada triwulan 1-2018 menjadi USD 119,8 miliar pada triwulan II-2018.
Penyebab utama melebarnya defisit neraca pembayaran Indonesia berasal dari peningkatan defisit transaksi berjalan dari USD -5,7 miliar menjadi USD -8,0 miliar (tertinggi sejak Q3-2014 sumber data Kemenko Perekonomian).
Wakil Ketua Umum Apindo Shinta W. Kamdani mengatakan pemerintah telah melakukan berbagai upaya menghadapi tekanan terhadap perekonomian, diantaranya kebijakan kenaikan suku Bunga, pengawasan terhadap lalu lintas devisa, kewajiban penggunaan biodiesel B20 untuk mengurangi impor BBM, kenaikan PPh Pasal 22 impor atas barang konsumsi.
"Kami akan selalu mendukung pemerintah menghadapi situasi ekonomi yang sulit saat ini, pelemahan rupiah akan kami atasi bersama-sama dengan meminimalkan penggunaan dolar," ujarnya.
Seminar ini bertujuan mensosialisasikan pencapaian dan kemajuan reformasi perpajakan, dampak kebijakan moneter terhadap pelaku usaha dan peran yang dapat diambil oleh pelaku usaha untuk turut serta menjaga stabilitas Rupiah, menyerap aspirasi dan masukan para pelaku usaha serta membangun sinergi antar pemangku kepentingan di bidang perpajakan.
Reporter: Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com
Advertisement