Liputan6.com, Kerawang - Industri 4.0 menjadi hal yang penting bagi industri tekstil dan produk tekstil (TPT), karena pemanfaatan teknologi dalam industri generasi keempat dapat mempermudah pekerjaan, bukan menggantikan fungsi pekerja manusia dengan robot.
Hal tersebut diungkapkan oleh Co-Founder dan CMO 88Spares.com, Rosari Soendjoto dalam seminar nasional tekstil 'Strategi Transformasi Industri TPT Menuju Industri 4.0' di Karawang, Jawa Barat, baru-baru ini.
"Jangan pernah takut teknologi bisa menggantikan manusia, karena manusia yang menciptakan teknologi. Jadi biarkan teknologi yang membantu kita mengambil keputusan berdasarkan data dan fakta sehingga bisa lebih produktif," katanya.
Marketplace 88Spares sendiri menawarkan kemudahan bagi para pelaku usaha TPT melakukan transformasi digital melalui teknologi untuk memasuki era Industri 4.0.
Baca Juga
Advertisement
Dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (15/9/2018), Rosari menuturkan dengan menjadi marketplace yang mempertemukan pembeli dan penjual mesin, bahan baku, dan produk akhir tekstil, perusahaannya bisa membantu pelaku industri familiar dengan konsep kemudahan berbisnis dalam Industri 4.0.
"Selama hampir satu tahun beroperasi, kami sudah bekerjasama dengan 100 merek OEM dan aftermarket mesin dan bahan baku tekstil yang menjual lebih dari 6.000 item di 88Spares. Saat ini kami sedang dalam proses digitizing lebih banyak lagi produk, sehingga sampai akhir Q2 2019, jumlah item yang kami tawarkan mencapai 252.000," katanya menjelaskan.
Menurutnya, dengan membeli suku cadang mesin dan bahan baku tekstil dari 88Spares, proses pembelian barang bisa dilakukan dengan cepat dan hemat. Ia menyebut biasanya untuk mencari suku cadang mesin tekstil butuh dua minggu dengan cara yang konvensional.
"Pelaku usaha juga bisa mengetahui siapa penjual langsung item yang dicari, melakukan pemesanan, serta pembayaran dengan harga yang jujur dan transparan. Bagian purchasing perusahaan TPT pun dimudahkan karena lebih cepat dan bisa hemat biaya hingga 20 persen dibanding membeli secara konvensional," katanya.
Bangladesh dan Vietnam Menyalip Indonesia
Sementara Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat menilai seluruh perusahaan anggota asosiasi membutuhkan bantuan pemerintah dan pihak-pihak lainnya untuk dapat bertransformasi dan menerapkan standar Industri 4.0.
Selain menghadapi tantangan keterbatasan akses ke pasokan bahan mentah dan ketergantungan yang tinggi pada bahan impor, Ade mencatat ada tiga hal lain yang menghambat kinerja seluruh anggota API.
"Dari sisi power, manpower, dan market access kita kalah segalanya dari Bangladesh dan Vietnam yang menjadi pemain tekstil baru yang mampu menyalip Indonesia," kata Ade.
Advertisement
Manusia, Mesin, dan Data
Kemudian, Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Haris Munandar mengatakan industri TPT adalah satu dari lima sektor yang diharapkan bisa melakukan revolusi industri 4.0 demi meningkatkan produktivitas dengan menerapkan konektivitas antara manusia, mesin, dan data.
Diungkapkan Harris, khusus untuk industri TPT masih terdapat produksi dalam negeri yang masih lemah untuk bersaing dengan produsen dari negara lain yaitu weaving, knitting, dyeing, finishing, serta sektor penunjang seperti spinning dan serat.
Upaya untuk memperkuat pelaku industri TPT di bidang itu diperlukan peningkatan kapasitas melalui investasi mesin modern dengan skema pembiayaan yang ramah industri.
"Saya selalu tekankan kepada Bank Indonesia (BI) bahwa TPT ini bukan sunset industry, tetapi akan terus tumbuh dan berkembang karena permintaan pakaian di masyarakat itu tidak mungkin berkurang," kata Haris menutup pembicaraan.
(Isk/Ysl)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini