Mengenal Tradisi Keboan, Ketika Petani Kerasukan Bertingkah seperti Kerbau

Pemerintah daerah mengangkat ritual ini sebagai bagian dari Banyuwangi Festival sebagai bentuk apresiasi pada warga yang terus menjaga warisan para leluhur.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 17 Sep 2018, 07:32 WIB
Tradisi Keboan Minta Panen Berlimpah di Desa Aliyan Banyuwangi. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Banyuwangi - Kultur agraris masih kental mewarnai kehidupan sejumlah desa di Banyuwangi. Salah satunya adalah Desa Aliyan, di Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi. Di desa ini warga memiliki tradisi Keboan, sebuah ritual adat permohonan kepada Tuhan agar sawah masyarakat subur dan panen berlangsung sukses.

Dalam ritual yang berlangsung setiap bulan Suro, penanggalan Jawa, sejumlah petani kerasukan roh gaib dan bertingkah layaknya kerbau (kebo). Pada tahun ini, ritual digelar pada Minggu, 16 September 2018. Tradisi ini pun menarik minat para wisatawan.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, tradisi Keboan Aliyan merupakan salah satu kekayaan budaya asli warga lokal. Pemerintah daerah mengangkat ritual ini sebagai bagian dari Banyuwangi Festival sebagai bentuk apresiasi pada warga yang terus menjaga warisan para leluhur.

"Banyuwangi boleh maju, tapi tradisi dan budaya yang ada di tengah masyarakat tidak akan kita tinggalkan. Tradisi ini tidak hanya sekadar sebuah ritual rutin tapi juga sebagai salah satu wajah Banyuwangi yang ingin kita tampilkan, yakni semangat guyub dan gotong-royong," kata Bupati Anas saat menghadiri Keboan Aliyan.

Ritual keboan ini diawali dengan kenduri desa yang digelar sehari sebelumnya. Warga bergotong-royong menyiapkan tradisi ini. Mulai dari bahu membahu menyiapkan ragam kebutuhan untuk ritual, hingga membangun gapura dari janur yang digantungi hasil bumi di sepanjang jalan desa sebagai perlambang kesuburan dan kesejahteraan.

 


Filosofi Kerbau

Tradisi Keboan Minta Panen Berlimpah di Desa Aliyan Banyuwangi. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Esok paginya, warga menggelar selamatan di empat penjuru desa (ider bumi). Bersamaan, sejumlah petani yang telah kerasukan siap menjalani ritual Keboan. Mereka berjalan layaknya kerbau yang sedang membajak sawah.

Mereka juga berkubang, bergumul di lumpur, dan bergulung-gulung di sepanjang jalan yang dilewati. Saat berjalan pun di pundak mereka terpasang peralatan membajak.

Para petani yang menjadi "kerbau" lalu berkeliling desa mengikuti empat penjuru mata angin. Saat berkeliling desa inilah, para "kerbau" itu melakukan ritual layaknya siklus bercocok tanam, mulai dari membajak sawah, mengairi, hingga menabur benih padi.

"Semuanya dikerjakan atas inisiatif warga desa dan mereka bahu-membahu hingga seluruh acara berjalan dengan lancar. Semangat inilah yang harus ditiru oleh semua pihak," imbuh Anas.

Ratusan pengunjung dan wisatawan yang mengikuti ritual pun tampak sangat antusias. Salah satunya Yudha Prasetya (37), wisatawan asal Surabaya yang penasaran dengan ritual adat Keboan Aliyan ini.

"Saya penasaran acara ritual ini lengkap mulai budayanya dan ada edukasi juga, ini semua disiapkan warga desa. Salut pokoknya," kata Yudha.

Sebagai informasi, tradisi kebo-keboan di Banyuwangi berkembang di dua desa. Selain keboan di Desa Aliyan Rogojampi, tradisi kebo-keboan juga ditemui di Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya