Liputan6.com, Cilacap - Kundari bergegas masuk ke kamar perawatan begitu terdengar tangisan kuat. Perempuan asal Cibungur, Wanareja, Cilacap, Jawa Tengah, ini tengah berbunga-bunga. Adiknya, Anis Murwati (29), baru saja memberinya keponakan lagi.
Tak tanggung-tanggung, perempuan berusia 32 tahun ini sekarang punya keponakan spesial. Dari rahim adiknya, lahir bayi jumbo alias bayi raksasa (giant baby). Saat lahir, bobot si jabang bayi 5,7 kilogram.
Cerita si ibu, si jabang bayi hanya tenang saat bersama dengan uwaknya. Anis sendiri sukar menenangkan si bayi. Selain kondisi yang masih lemah usai melahirkan, ASI-nya urung keluar.
"Itu diem kalau sama uwaknya," ucap Anis, Minggu sore, 16 September 2018.
Baca Juga
Advertisement
Tangisan keras si bayi jumbo ini pun kontan terhenti begitu si jabang bayi dibuai dalam gendongan sang Kundari. Bayi perempuan ini kembali tenang dan tertidur pulas.
Sekitar pukul 12.20 WIB, Anis baru saja melahirkan bayi berukuran di atas normal, yang luar biasanya dilakukan dengan persalinan normal. Ia ditemani oleh kakak perempuannya, Kundari, suaminya, Asep Hardianto, dan ibu mertuanya, Sarni.
Kundari menjadi pengasuh andalan saat kondisi Anis belum fit. Soalnya, sang ibu mertua, sudah sepuh. Tak elok rasanya merepotkan mbah putri.
Mbah putri lebih banyak duduk. Sesekali, ia memandang cucunya dengan takjub. Soalnya, baru kali ini ia melihat ada bayi jumbo alias bayi raksasa dengan bobot 5,7 kilogram terlahir ke dunia.
"Enggak ada. Kakaknya bayi normal juga. Di kampung juga tidak ada yang sebesar ini," ucap Sarni. Secara tak sadar, air matanya merembes. Bibirnya, tak henti-henti mendengungkan kebesaran Illahi.
Saksikan video pilihan berikut ini:
3 Kemungkinan Penyebab Bayi Terlahir Jumbo
Sang ayah, Asep tak kalah repot. Ia kini kembali mencari baju yang lebih besar. Popok yang dipersiapkan jauh-jauh hari tentu tak muat untuk anaknya yang berukuran layaknya bayi berusia dua bulanan.
Meski sang kakak bayi jumbo juga terlahir berukuran besar, tetapi tak sejumbo adiknya. Sang kakak hanya lahir dengan bobot empat kilogram, atau 1,7 kilogram di bawah si bayi jumbo yang berbobot 5,7 kilogram.
Direktur RSU Duta Mulia Dr Tatang Mulyana Sp.OG menjelaskan, bayi jumbo yang dilahirkan dengan persalinan normal sebenarnya berisiko tinggi. Namun, persalinan normal ini mesti dilalui lantaran pasien baru tiba di rumah sakit setelah bukaan delapan.
Dia dan tim medis melakukan yang terbaik. Salah satunya dengan menyuntik pemacu agar si jabang bayi segera keluar dari rahim.
"Luar biasa memang. Alhamdulillah selamat semua," Tatang menuturkan.
Namun, pekerjaan dokter dan tenaga medis rupanya belum usai. Berbeda dengan perlakuan pasien bersalin normal dengan bobot bayi normal, perawatan untuk ibu dan bayi jumbo memang berbeda. Jika normalnya ibu dan bayi boleh pulang setelah 24 jam, khusus bayi jumbo setidaknya mesti 2x24 jam.
Yang pertama dilakukan pastinya adalah memeriksa kondisi ibu pascabersalin. Setelah itu, kondisi bayi pun mesti diobservasi. Sebab, bayi lahir berukuran jumbo ada risiko penyakit gula darah atau diabetes melitus.
"Ibu sehat. Sekarang tinggal bayinya, kita harus mengecek gula darahnya," dia mengungkapkan.
Tatang menerangkan, ada tiga kemungkinan pencetus bayi terlahir jumbo. Pertama lantaran faktor genetik, kedua makanan yang dikonsumsi ibu selama hamil dan prahamil, ketiga dan paling diwaspadai adalah gula darah.
Advertisement
Bayi Jumbo Gara-Gara Konsumsi Bakso?
Berdasarkan wawancara Liputan6.com dengan si ibu bayi jumbo dan keluarganya, tak ada satu pun anggota keluarga yang terlahir jumbo. Pun pada masa lalu.
Sementara, hasil pemeriksaan gula darah si ibu pun normal. Kesimpulannya, ada kemungkinan bayi jumbo lahir lantaran faktor makanan yang dikonsumi ibu selama hamil. Bisa jenis makanan atau jumlahnya yang berlebih.
Lantas, apa sebenarnya yang dikonsumsi ibu bayi jumbo semasa hamil?
Tersipu, Anis bercerita semasa hamil ngidam bakso. Di mana pun ada bakso, pasti dikonsumsinya. Tak hanya membeli, saat ada hajatan tetangga pun, ia pasti memburu baksonya.
Kadang, ia juga meminta agar suaminya membeli bakso di pasar untuk kemudian dimasak sendiri di rumah. Dalam sepekan, ia bisa makan bakso dua atau tiga kali.
"Dibatasi sih. Dibilangin kalau kebanyakan bakso nanti bayinya jadi besar," Anis menuturkan.
Konsumsi bakso berhasil direm, tetapi Anis mengaku tak bisa mengendalikan nafsu makannya. Ia mengaku bisa makan antara empat hingga enam kali sehari.
"Jam dua malam bangun. Ya, langsung makan. Habisnya lapar sih," katanya, tersipu.
Kini Anis dan bayi jumbonya masih memperoleh perawatan ekstra di RSU Duta Mulya. Selama dua hari, ibu dan bayi akan diobservasi untuk mengantisipasi hal-hal yang tak diinginkan pada masa mendatang.