Asian Para Games 2018 Jadi Ajang Mengenal Atlet Difabel

Asian Para Games 2018 merupakan kesempatan bagi seluruh masyarakat, terutama para volunteer untuk semakin mengenal kaum difabel.

oleh Gilar Ramdhani diperbarui 17 Sep 2018, 11:37 WIB
Ahmad Mukhlis Yusuf anggota Gugus Tugas Nasional Revolusi Mental dalam acara Training on Trainer (ToT) kepada volunteer Asian Para Games di Jakarta

 

Liputan6.com, Jakarta Pelaksanaan Asian Para Games 2018 selama sepekan yang berlangsung pada 6-13 Oktober mendatang merupakan kesempatan bagi seluruh masyarakat, terutama para volunteer untuk semakin mengenal kaum difabel. Mereka merupakan manusia spesial yang memiliki potensi meraih prestasi di bidang olahraga di tengah keterbatasan.

“Asian Para Games 2018 merupakan ajang yang sangat spesial karena atlet yang akan bertanding merupakan individu spesial yang berjuang meraih prestasi di tengah-tengah keterbatasan” jelas Ahmad Mukhlis Yusuf anggota Gugus Tugas Nasional Revolusi Mental dalam acara Training on Trainer (ToT) kepada volunteer Asian Para Games di Jakarta (12/9).

Dalam paparannya, Mukhlis mengajak para volunteer untuk untuk memahami kesamaan hak antara kaum difabel dan non difabel.

“Dengan mengetahui kesamaan hak ini, saya berharap para volunteer dapat memberikan pelayanan yang baik sehingga para atlet dan juga nantinya penonton dari kaum difabel dapat dengan mudah mengakses berbagai fasilitas dalam setiap venue pertandingan,” jelasnya.

Pemahaman yang holistik terhadap kaum difabel juga memiliki keterkaitan dengan gerakan revolusi mental. Sebagai volunteer maka mereka harus memberikan pelayanan yang baik dan juga memahami hak-hak yang dimiliki oleh kaum difabel.

“Ini merupakan cerminan dari Gerakan Indonesia Melayani, salah satu dari lima Gerakan Revolusi Mental. Semangat melayani inilah yang harus didorong, dimiliki, dan diimplementasikan oleh para volunteer dalam Asian Para Games 2018,” ungkap Mukhlis.

Dalam kegiatan ToT ini, Mukhlis juga memaparkan mengenai internalisasi nilai-nilai revolusi mental yakni integritas, etos kerja dan gotong royong.

“Internalisasi nilai-nilai revolusi mental di lakukan dengan mendorong diri sendiri dan masyarakat serta atlet yang terlibat dalam penyelenggaraan Asian Para Games 2018 untuk lebih tertib dalam mengantri, lebih menjaga kebersihan lingkungan, panitia dapat lebih melayani, dan bersatu mensukseskan penyelenggaraan” jelas Mukhlis.

Selain itu, keberhasilan Indonesia dalam meraih prestasi dan juga menyelenggarakan Asian Games 2018 harus tetap dijaga dalam penyelenggaraan Asian Para Games 2018.

Pemerintah bersama dengan INAPGOC (Indonesia Asian Para Games 2018 Organizing Committee) terus bekerja dan berkoordinasi untuk menyelenggarakan Asian Para Games dengan sukses. Kegiatan Trainning of Trainer (ToT) kepada tenaga pendamping (volunteer) diselenggarakan pada tanggal 12-14 September 2018 di Hotel Swissbell Mangga Besar, Jakarta dengan Kementerian Sosial sebagai penanggungjawab kegiatan. Acara ToT ini dihadiri oleh 300 volunteer.

 

(*)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya