Sektor Migas Jadi Penyebab Defisit Neraca Perdagangan RI

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat defisit neraca perdagangan sebesar USD 1,02 miliar pada Agustus 2018.

oleh Merdeka.com diperbarui 17 Sep 2018, 13:25 WIB
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat defisit neraca perdagangan sebesar USD 1,02 miliar pada Agustus 2018.

Kepala BPS, Suharyanto mengatakan, meski masih mengalami defisit tetapi angkanya menurun dibanding Juli 2018.

"Jauh lebih kecil dibanding bulan lalu USD 2 miliar, sekarang hanya USD 1 miliar separuhnya. Tentunya kita berharap gak mengalami defisit tetapi kembali mengalami surplus," kata Suharyanto di kantornya, Senin (17/9/2018).

Dia mengungkapkan, ekspor sebetulnya sudah tumbuh. Namun, sayangnya laju impor masih lebih deras. "Ekspor masih tumbuh tapi impornya tumbuh jauh lebih tinggi," ujar dia.

Selain itu, defisit juga diakibatkan oleh membengkaknya impor sektor migas. Padahal, sektor non migas sudah mengalami surplus.

"Penyebab defisit itu terjadi karena adanya defisit di migas sebesar USD 1,6 juta tetapi di non migas sebetulnya surplus,” kata dia.

Nonmigas surplus USD 639 juta. Namun angka tersebut tidak dapat menambal defisit yang terjadi di migas.

"Surplus non migas USD 639 juta tetapi karena ada defisit di migas USD 1,6 juta sehingga kita mengalami defisit USD 1,02 miliar,” kata Suhariyanto.

 

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

 

 


Neraca Perdagangan Juli 2018 Defisit USD 2,03 Miliar

Persiapan keberangkatan kapal besar (Direct Call) pembawa kontainer yang membawa ekspor Indonesia ke Amerika Serikat (AS) di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (15/5). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia sepanjang Juli 2018 mengalami defisit sebesar USD 2,03 miliar.

Sebelumnya neraca perdagangan mengalami surplus sebesar USD 1,74 miliar pada Juni 2018.

"Neraca perdagangan kita pada Juli 2018 defisit USD 2,03 miliar. Jadi tahun ini, Januari defisit, Februari defisit, Maret surplus, April defisit, Mei defisit, Juni surplus, dan Juli kembali defisit," kata Kepala BPS, Suhariyanto, di Kantornya, Rabu 15 Agustus 2018.

Sementara itu, BPS mencatat posisi ekspor Indonesia pada Juli 2018 sebesar USD 16,24 miliar atau naik 25,19 persen dibanding Juni 2018. Ekspor ini disumbang oleh sektor migas sebesar USD 1,43 miliar dan nonmigas USD 14,81 miliar. 

"Nilai ekspor per sektor disumbang oleh migas menyumbang ekspor USD 1,43 miliar, pertanian USD 0,3 miliar, industri pertanian USD 11,79 miliar dan pertambangan serta sektor lainnya menyumbang USD 2,72 miliar," ujar dia.

Dari sisi impor tercatat sebesar USD 18,27 miliar atau naik 62,17 persen dibandingkan dengan Juni 2018. Migas menyumbang USD 2,61 miliar dan nonmigas menyumbang impor UDD 15,66 persen. 

Nilai impor tertinggi per sektor disumbang oleh konsumsi sebesar USD 1,72 miliar naik 70,50 persen. Bahan baku sebesar USD 13,67 miliar atau naik 59,28 persen serta barang modal diimpor sebesar USD 2,88 miliar atau naik 71, 95 persen. 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya