Liputan6.com, Solo: Hari jadi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) diperingati oleh banyak kalangan dengan berbagai cara. Di Solo, Jawa Tengah misalnya. Dalam memperingati HUT PGRI, Jumat (25/11), pelajar Sekolah Menengah Pertama Negeri 10 menggelar acara spesial.
Sejak pagi, para siswa di sekolah tersebut tidak belajar di kelas seperti biasa. Mereka justru duduk di halaman sekolah dengan alas seadanya.
Sambil duduk, para siswa kemudian menyiapkan alat-alat. Berbekal kertas karton putih dan spidol beragam warna, satu per satu mereka menuliskan puisi dan sanjungan untuk para guru. Mereka sengaja diberi kebebasan untuk menyampaikan apa saja yang ingin disampaikan buat para guru.
Hasil tulisan mereka pun tentunya berbeda-beda. Usai menulis, para siswa secara bergantian maju untuk membacakan hasil tulisan yang semuanya bertema guru. Banyak dari mereka menyampaikan terima kasih kepada guru dan ada pula yang berisi pesan agar tetap sabar dalam membimbing mereka memerangi kebodohan dan kemalasan.
Usai membacakan isi pesan, mereka secara serentak menyanyikan lagu Hymne Guru dan Terima Kasih Guru. Tak lupa para siswa berpesan, sebagai generasi muda penerus bangsa, mereka mengajak pelajar lain untuk lebih dapat menghargai guru. Cara yang paling mudah adalah dengan memperhatikan guru saat menjelaskan pelajaran.
Setelah bernyanyi bersama, seorang perwakilan siswa menyerahkan sekuntum bunga segar kepada kepala sekolah sebagai tanda hormat mereka. Aksi ini kemudian diikuti puluhan siswa lain yang menyalami dan mencium tangan guru mereka. Bagi para pelajar, guru bukan saja pengajar, namun juga tempat berkeluh kesah dan menyampaikan aspirasi.(BJK/ULF)
Sejak pagi, para siswa di sekolah tersebut tidak belajar di kelas seperti biasa. Mereka justru duduk di halaman sekolah dengan alas seadanya.
Sambil duduk, para siswa kemudian menyiapkan alat-alat. Berbekal kertas karton putih dan spidol beragam warna, satu per satu mereka menuliskan puisi dan sanjungan untuk para guru. Mereka sengaja diberi kebebasan untuk menyampaikan apa saja yang ingin disampaikan buat para guru.
Hasil tulisan mereka pun tentunya berbeda-beda. Usai menulis, para siswa secara bergantian maju untuk membacakan hasil tulisan yang semuanya bertema guru. Banyak dari mereka menyampaikan terima kasih kepada guru dan ada pula yang berisi pesan agar tetap sabar dalam membimbing mereka memerangi kebodohan dan kemalasan.
Usai membacakan isi pesan, mereka secara serentak menyanyikan lagu Hymne Guru dan Terima Kasih Guru. Tak lupa para siswa berpesan, sebagai generasi muda penerus bangsa, mereka mengajak pelajar lain untuk lebih dapat menghargai guru. Cara yang paling mudah adalah dengan memperhatikan guru saat menjelaskan pelajaran.
Setelah bernyanyi bersama, seorang perwakilan siswa menyerahkan sekuntum bunga segar kepada kepala sekolah sebagai tanda hormat mereka. Aksi ini kemudian diikuti puluhan siswa lain yang menyalami dan mencium tangan guru mereka. Bagi para pelajar, guru bukan saja pengajar, namun juga tempat berkeluh kesah dan menyampaikan aspirasi.(BJK/ULF)