Transaksi Saham Hanya Rp 4,9 Triliun, IHSG Susut 1,8 Persen

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) betah di zona merah yang didorong rilis data neraca perdagangan Indonesia masih defisit pada Agustus 2018.

oleh Agustina Melani diperbarui 17 Sep 2018, 16:21 WIB
Pengunjung mengambil foto layar indeks harga saham gabungan yang menunjukkan data di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Sebelumnya, Perdagangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 2017 ditutup pada level 6.355,65 poin.(Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) betah di zona merah. Hal itu didorong rilis data neraca perdagangan Indonesia masih defisit pada Agustus 2018.

Pada penutupan perdagangan saham, Senin (17/9/2018), IHSG merosot 107,02 poin atau 1,8 persen ke posisi 5.824,25. Indeks saham LQ45 turun 2,44 persen ke posisi 913,97.

Seluruh indeks saham acuan kompak tertekan. Sebanyak 244 saham melemah sehingga menekan IHSG. 122 saham menguat dan 121 saham diam di tempat.

Pada penutupan perdagangan, IHSG sempat berada di level tertinggi 5.911,65 dan terendah 5.811,92. Transaksi perdagangan saham tidak terlalu ramai. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 373.743 kali dengan volume perdagangan saham 7,4 miliar saham.

Nilai transaksi harian saham Rp 4,9 triliun. Investor asing jual saham Rp 322,27 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat berada di kisaran Rp 14.871.

10 sektor saham kompak tertekan. Sektor saham aneka industri turun 3,07 persen, dan catatkan penurunan terbesar. Disusul sektor saham infrastruktur tergelincir 2,5 persen dan sektor industri dasar melemah 2,49 persen.

Saham-saham yang mampu menguat di tengah tekanan IHSG antara lain saham BGTG naik 34,88 persen ke posisi Rp 116 per saham, saham PKPK melonjak 34,72 persen ke posisi Rp 194 per saham, dan saham BBHI melonjak 34,59 persen ke posisi Rp 214 per saham.

Sementara itu, saham NUSA melemah 24,55 persen ke posisi Rp 252 per saham, saham GDST turun 10,11 persen ke posisi Rp 169 per saham, dan saham FILM susut 10,07 persen ke posisi Rp 1.205 per saham.

Di bursa saham Asia, seluruh indeks saham acuan kompak tertekan. Indeks saham Hong Kong Hang Seng turun 1,3 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi melemah 0,66 persen, indeks saham Thailand turun 0,25 persen.

Selain itu, indeks saham Shanghai tergelincir 1,11 persen, indeks saham Singapura susut 0,63 persen dan indeks saham Taiwan melemah 0,36 persen.

Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, pelemahan IHSG didorong faktor internal dan eksternal. Dari eksternal, rencana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk pertahankan rencananya memberlakukan tarif terhadap barang impor China senilai USD 200 miliar turut menekan IHSG.

Sedangkan internal, melebarnya defisit neraca perdagangan Indonesia menjadi USD 1,02 miliar pada Agustus 2018 dari konsensus sebesar USD 680 juta turut menekan IHSG. Nafan menuturkan, hal itu juga mempengaruhi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Sentimen itu juga membuat pelaku pasar lebih memilih wait and see. Hal itu ditunjukkan dari nilai transaksi harian hanya Rp 4,9 triliun.Padahal biasanya di antara Rp 6 triliun-Rp 7 triliun.

 


Sesi I, IHSG Tertekan

Layar indeks harga saham gabungan menunjukkan data di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Angka tersebut naik signifikan dibandingkan tahun 2016 yang hanya mencatat penutupan perdagangan pada level 5.296,711 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sebelumnya, gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertahan di zona merah selama sesi pertama perdagangan saham awal pekan ini.

Pada penutupan sesi pertama perdagangan saham, Senin (17/9/2018), IHSG melemah 107,69 poin atau 1,82 persen ke posisi 5.823,58. Indeks saham LQ45 tergelincir 2,45 persen ke posisi 913,89. Seluruh indeks saham acuan kompak tertekan.

Sebanyak 231 saham melemah sehingga menekan IHSG. 120 saham menguat dan 102 saham diam di tempat. Pada sesi pertama, IHSG sempat berada di level tertinggi 5.911,65 dan terendah 5.823,15.

Total frekuensi perdagangan saham sekitar 231.254 kali dengan volume perdagangan saham 4,7 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 2,6 triliun. Investor asing jual saham Rp 63,41 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 14.886.

10 sektor saham kompak tertekan. Sektor saham aneka industri susut 2,79 persen, dan catatkan pelemahan terbesar. Disusul sektor saham infrastruktur melemah 2,6 persen dan sektor saham manufaktur tergelincir 2,12 persen.

Saham-saham yang menguat antara lain saham PKPK naik 34,72 persen, saham MDIA melonjak 18,59 persen ke posisi Rp 185 per saham, dan saham ETWA menanjak 10,59 persen ke posisi Rp 94 per saham.

Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham NUSA turun 24,55 persen ke posisi Rp 252 per saham, saham SHID merosot 17,60 persen ke posisi Rp 2.060 per saham, dan saham JIHD tergelincir 9,84 persen ke posisi Rp 440 per saham.

Di bursa saham Asia, sebagian besar indeks saham acuan tertekan. Indeks saham Hong Kong Hang Seng melemah 1,62 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi susut 0,89 persen, indeks saham Shanghai merosot 1,06 persen, indeks saham Singapura turun 0,73 persen dan indeks saham Taiwan tergelincir 0,45 persen.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya