Pertama Sejak 2011, Suriah Menggelar Pemilihan Umum Lokal

Jutaan orang telah mengungsi akibat perang sipil, tetapi rezim Suriah mengadakan pemilu lokal untuk menunjukkan kekuatan dan kenormalan.

oleh Afra Augesti diperbarui 18 Sep 2018, 07:31 WIB
Penduduk Suriah menggunakan haknya untuk memilih di tempat pemungutan suara, guna menyambut pemilu lokal. (Kantor Berita SANA via AP)

Liputan6.com, Damaskus - Suriah kembali mengadakan pemilihan umum lokal untuk pertama kalinya, sejak kegiatan ini tidak pernah dilakukan setelah tahun 2011, pada Minggu 16 September 2018 waktu setempat.

Ini adalah upaya untuk menunjukkan kekuatan dan menghadirkan nuansa normal ketika pemerintahan Presiden Bashar al-Assad kembali memperluas kendali atas negara itu.

Warga Suriah yang bermukim di daerah yang dikuasai pemerintah, memberikan suara untuk memilih lebih dari 40.000 kandidat yang bersaing memperebutkan 18.478 kursi di dewan administratif lokal. Demikian seperti dikutip dari Deutsche Welle, Selasa (18/9/2018).

Kantor berita pemerintah Syrian Arab News Agency (SANA) melaporkan, ada "hasil bagus" di 6.551 tempat pemungutan suara (TPS) --tanpa merinci lokasi persisnya. Foto-foto yang dipublikasikan dalam SANA menunjukkan warga sedang memasukkan surat suara ke dalam kotak-kotak plastik yang terpampang wajah Presiden Suriah, Bashar al-Assad.

Menurut para pengamat, hasil pemilu kali ini hampir pasti dicurangi oleh Partai Baath yang berkuasa, yang telah mendominasi politik dan keamanan di negara otoriter itu sejak 1960-an. Selain itu, sebagian besar kandidat berasal dari Partai Baath atau terikat dengannya.

Mengirimkan Pesan

Didukung oleh Iran dan Rusia, rezim Assad telah mengubah gelombang dalam perang sipil yang berlangsung selama tujuh tahun dan sekarang ia menguasai hampir dua pertiga negara.

Pasukan pro-pemerintah baru-baru ini telah merebut kembali kendali atas daerah pinggiran Damaskus di Ghouta Timur dan sudut barat daya yang berbatasan dengan Yordania dan Israel.

Setelah memberikan suaranya di Damaskus, Perdana Menteri Imad Khamis menyampaikan bahwa pemilu ini mampu mengirim pesan ke dunia bahwa Suriah telah mengalahkan terorisme dan negara telah kembali ke keadaan normal, kantor berita SANA melaporkan.

Sementara itu, pemungutan suara ditiadakan di Provinsi Idlib, wilayah yang dikuasai pemberontak di mana lebih dari 3 juta warga sipil terdampak.

Pemilu lokal juga tidak diselenggarakan di Suriah utara, di mana pasukan Kurdi --yang didukung oleh Amerika Serikat-- telah membentuk wilayah yang dikelola sendiri bersama Arab dan sekutu minoritas.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:


Pemilu di Wilayah Otonom

Presiden Suriah Bashar al-Assad berbincang dengan pasukan pemerintah di garis depan wilayah Ghouta Timur, Minggu (18/3). Ini adalah pertama kalinya Assad mengunjungi daerah ini selama bertahun-tahun. (HO/SYRIAN PRESIDENCY FACEBOOK PAGE/AFP)

Dewan Demokrat Suriah (Syrian Democratic Council), sayap politik dari Pasukan Demokratis Suriah (Syrian Democratic Forces) yang bersenjata, telah menyelenggarakan serangkaian pemilu di otonom de facto Federasi Demokrasi Suriah Utara (Democratic Federation of Northern Syria).

Namun pembicaraan tingkat tinggi antara perwakilan wilayah yang dikelola sendiri itu dan Damaskus, belum mencapai kesepakatan.

Suriah terakhir mengadakan pemilihan lokal pada bulan Desember 2011, hanya sembilan bulan setelah pemberontakan berkobar. Anggota dewan bertugas selama empat tahun dan sebagian besar bertanggung jawab untuk menyediakan layanan, serta menangani masalah administrasi.

Suriah mengadakan pemilihan parlemen pada tahun 2016 dan pemilihan presiden pada tahun 2014, yang kembali memilih Assad dan Partai Baath berkuasa atas negara tersebut.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya