Trump Kenakan Tarif Impor Barang China Senilai USD 200 Miliar

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan mengenakan tarif 10 persen untuk barang impor China senilai USD 200 miliar.

oleh Agustina Melani diperbarui 18 Sep 2018, 13:34 WIB
Presiden FIFA Gianni Infantino (tengah) tertawa saat Presiden AS Donald Trump memegang kartu merah selama pertemuan di Oval Office Gedung Putih pada Selasa (28/8). Presiden FIFA bertemu Trump untuk membahas kesiapan Piala Dunia 2026. (AFP/Mandel Ngan)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan mengenakan tarif 10 persen untuk barang impor China senilai USD 200 miliar. Kemudian tarif tersebut meningkat menjadi 25 persen hingga akhir 2018.

Trump mengumumkan hal itu pada Senin waktu setempat. Penerapan tarif impor barang itu akan berlaku pada 24 September 2018. Langkah Trump tersebut meningkatkan ketegangan antara kedua negara dengan ekonomi tersebesar tersebut. 

China pun mengancam dengan akan membalas terhadap tarif tersebut. Sedangkan pemerintahan Amerika Serikat menghapus sekitar 300 barang dari daftar produk yang terkena dampak sebelumnya termasuk jam tangan pintar, beberapa bahan kimia, dan produk lainnya.

Dalam sebuah pernyataan, Trump mengatakan tarif akan naik menjadi 25 persen pada 1 Januari 2019. Ia menambahkan, jika China akan mengambil tindakan pembalasan terhadap petani AS atau industri lainnya, pihaknya akan segera kejar dengan fase ketiga yaitu impor tambahan senilai USD 267 miliar.

Tindakan Trump tersebut hanya akan meningkatkan ketegangan antara AS dan China. Trump mencari perjanjian perdagangan baru di tengah keluhan dugaan pencurian kekayaan intelektual oleh perusahaan China dan kekhawatiran tentang defisit perdagangan AS dengan China. Kedua belah pihak telah gagal capai kesepakatan untuk selesaikan keprihatinan AS dengan praktik perdagangan China.

"Kami telah sangat jelas tentang jenis perubahan yang perlu dilakukan, dan kami telah memberi China setiap kesempatan untuk memperlakukan kami lebih adil. Tapi sejauh ini, China tidak mau mengubah praktiknya," ujar Trump.

Trump tetap mempertahankan langkahnya mengenakan tarif meski ada kritik dari anggota parlemen Republik. Pada Senin waktu setempat, Trump mengunggah status dalam akun media sosial Twitter.

"Tarif telah menempatkan AS dalam posisi tawar yang sangat kuat, dengan miliaran dolar AS dan tenaga kerja yang mengalir ke negara kita. Namun, kenaikan biaya sejauh ini hampir tidak terlalu mencolok. Jika negara-negara tidak akan membuat adil berurusan dengan kami, mereka akan ditagih," tulis Trump, seperti dikutip dari laman CNBC, Selasa (18/9/2018).

Pelaku usaha pun cemas dengan pengumuman Donald Trump tersebut. Pimpinan National Association of Manufacturers (NAM) dan CEO Jay Timmons menuturkan, penerapan tarif berisiko membatalkan hasil yang telah dicapai oleh para produsen pada tahun lalu. Ini karena reformasi pajak dan peraturan.

"Dengan setiap hari yang berlalu tanpa kemajuan pada perjanjian perdagangan bilateral berbasis aturan dengan China, potensi tumbuh untuk produsen dan pekerja manufaktur terluka. Tidak ada yang menang dalam perang dagang, dan pekerja manufaktur berharap pendekatan pemerintah akan cepat hasilnya," ujar Timmons.

Sebelumnya pemerintahan AS telah memungut tarif senilai USD 50 miliar terhadap barang China. Pemerintahan China pun menanggapi dengan langkah-langkah yang menargetkan penerapan tarif untuk impor barang AS. Ini menimbulkan kekhawatiran terhadap industri pertanian AS.

 


China Kaji Kirim Delegasi ke AS

Foto: npr.org

Mengutip laman Reuters, China pun kaji rencana mengirim delegasi ke Washington untuk pembicaraan baru mengingat keputusan AS.

South China Morning Post melaporkan kalau berdasarkan sumber pemerintah di Beijing menyatakan, perang dagang berkepanjangan antara negara ekonomi terbesar di dunia dapat menekan pertumbuhan global.

Pejabat China menyatakan tindakan perdagangan AS terhadap China tidak akan berhasil karena China memiliki alat kebijakan fiskal dan moneter untuk atasi dampaknya.

"Presiden Trump adalah seorang pengusaha yang suka memukul, dan dia mencoba menekan China agar dia dapat memperoleh konsesi dari negosiasi kami. Saya pikir taktik semacam itu tidak akan bekerja dengan China," tutur Fang Xinghai, Vice Chairman of China Securities Regulator.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya