Stabilkan Rupiah, Ekonom Senior UI Usul BI Kombinasikan Kebijakan

Untuk atasi depresiasi rupiah terhadap dolar AS diperlukan bauran kebijakan. Jadi tidak cukup hanya menaikkan suku bunga acuan.

oleh Merdeka.com diperbarui 18 Sep 2018, 18:32 WIB
Dekan FE UI Ari Kuncoro (Foto:Merdeka.com/Wilfridus S)

Liputan6.com, Jakarta - Untuk atasi depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diperlukan bauran kebijakan. Jadi tidak cukup hanya menaikkan suku bunga acuan.

Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Ari Kuncoro menyampaikan hal itu saat ditemui pada Selasa (18/9/2018).

"Jadi kalau dilihat dari efektifnya kalau seperti ini, perang dagang cara menghadapinya cadangan devisa dulu kemudian tingkat bunga digunakan untuk menaikkan ekpektasi bahwa BI ada di pasar. Dua-duanya harus dipakai," kata dia saat ditemui di Hotel Ritz-Carlton Mega Kuningan, Jakarta, Selasa (18/9/2018).

Oleh karena itu, kebijakan Bank Indonesia untuk menaikan suku bunga pun tidak akan cukup manjur untuk mengatasi depresiasi nilai tukar rupiah.

Dia menuturkan, ada beberapa faktor yang menyebabkan depresiasi nilai tukar rupiah yang terjadi saat ini. Salah satunya adalah ancaman perang dagang yang mengganggu harapan pasar.

"Kalau tingkat bunga sendiri itu tidak efektif karena gangguannya itu sesuatu yang lain, sesuatu tidak berhubungan dengan tingkat bunga. Kalau di Amerika Serikat naik (suku bunga), dilawan dengan tingkat bunga, itu lawannya persis ya. Ini gangguan ekspektasi yang terjadi akibat Presiden Trump akan melakukan perang dagang yang baru," ujar dia.

"Ini harus ditunjukkan dengan rupiah kita masih bisa bertahan. Ada kebijakan lain yang mendukung. Itu membuat. 'Nanti dulu. Kita (investor) mau keluar dari Indonesia waktu kembali jangan rupiah menguat. Kalau begitu jangan semuanya ditarik'. Jadi mencoba mengatur ekpektasi supaya investor luar negeri tetap fokus bahwa Indonesia is the best," tambah dia.

Bank Indonesia (BI) pun perlu mengkombinasikan strategi menaikan suku bunga dengan berbagai kebijakan, seperti pengelolaan cadangan devisa dan intervensi pasar. Kombinasi kebijakan ini diharapkan dapat meyakinkan pelaku pasar perekonomian Indonesia masih kondusif.

"Memang ada negara lain yang lebih baik, tapi yang jelek juga lebih banyak. Kalau dijejerkan wah kita masih lumayan. Jadi kalau kembali ke pola rasional melihat portofolio, return-nya segala wah Indonesia kita masukan lagi,” ujar dia.

 

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

 


Rupiah Melemah, Ekonom Senior UI Imbau Investor Tak Panik

Petugas melayani nasabah di gerai penukaran mata uang di Ayu Masagung, Jakarta, Senin (13/8). Pada perdagangan jadwal pekan, senin (13/08). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menyentuh posisi tertingginya Rp 14.600. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Sebelumnya, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Ari Kuncoro meminta investor tak panik dengan depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) Diketahui rupiah kembali menyentuh Rp 14.900 per dolar AS.

"Asalkan enggak panik, kita tahu masalahnya seperti apa, dia akan kembali ke situasi Rp 14.700. Tugas kita sekarang seperti kalau ada hujan jangan koar-koar dulu, di dalam rumah, siaga akhirnya hujan berhenti kembali lagi," ujar dia saat ditemui di Hotel Ritz-Carlton Mega Kuningan, Jakarta, Selasa 18 September 2018.

Dia menjelaskan depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat lebih disebabkan oleh tekanan faktor eksternal, terutama rencana Presiden AS Donald Trump untuk kembali berlakukan tarif 10 persen terhadap barang-barang impor China senilai USD 200 miliar. 

"Trump itu buat lewat Twitter dia akan terus dengan niatnya yang USD 200 miliar. Sekali lagi timbulkan tekanan, terutama untuk arus modal saham, jadi mulai lagi bergerak ke arah aset aman, yaitu USD. Mereka sementara di situ dulu, sementara obligasi arus masuk agak berkurang, tapi karena neraca dagang defisit, maka itu menimbulkan tekanan, sehingga terjadi Rp 14.900," kata dia.

Peran Bank Indonesia (BI) pun akan sangat penting dalam upaya dalam mengatasi depresiasi nilai tukar rupiah serta menjaga stabilitas rupiah ke depan.

"Jadi, ini menunjukan pada kita bahwa manajemen jangka pendek dari BI sangat penting. Bank Indonesia itu ada tiga cara. Melalui tingkat bunga, cadangan devisa, dan intervensi di pasar surat berharga. Harus digunakan dalam campuran yang optimal," kata dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya