Liputan6.com, Jakarta - Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Rhenald Kasali menyarankan, bank konvensional harus segera mengubah kultur kerjanya agar mampu bertahan di tengah era disrupsi digital.
0 Menurutnya, bank konvensional masih belum terlalu menjangkau generasi milenial sebagai customer. Meski secara jumlah nasabah meningkat, ia menyebutkan, rata-ratanya berada pada rentang usia 40-50 tahun.
Advertisement
"Survei menemukan, 2 tahun terakhir ini jumlah priority customer bank-bank konvensional meningkat pesat menjadi sekitar 40 persen dari total customer-nya," jelasnya kepada Liputan6.com, Selasa (18/9/2018).
"Artinya, semakin banyak kelas menengah baru. Namun sayangnya, mereka sudah berusia 40-50an dan lama-lama makin tua," ungkapnya.
Dia mengungkapkan, perbankan seakan mengabaikan segmen nasabah berusia muda yang kini menjadi sasaran dari perusahaan yang mengandalkan kemajuan teknologi seperti e-commerce dan platform-platform baru semisal GoJek dan Grab.
"Di sanalah kaum muda mulai share wallet-nya, dan company itu mendapatkan limpahan dana murah," ia menambahkan.
Rhenald Kasali melanjutkan, bank-bank konvensional Indonesia saat ini seolah terperangkap dalam sunkcost Trapp yang menyulitkan dirinya untuk melakukan self-disruption.
"Bank-bank konvensional akhirnya hanya melakukan improving yang mereka kira sudah disruption. Kulturnya juga belum diubah," ujar dia.