Balas AS, China Kenakan Tarif Impor Barang Senilai USD 60 Miliar

China membalas serangan Amerika Serikat (AS) dalam perang dagang.

oleh Agustina Melani diperbarui 19 Sep 2018, 09:00 WIB
Ilustrasi (iStock)

Liputan6.com, Jakarta - China membalas serangan Amerika Serikat (AS) dalam perang dagang. Serangan balik itu dilakukan usai Presiden AS Donald Trump akan berlakukan tarif impor 10 persen untuk barang impor China senilai USD 200 miliar yang berlaku akhir September 2018.

Pemerintah China menyatakan akan mengenakan tarif atas barang impor AS senilai USD 60 miliar. Sebelumnya, pemerintah AS akan mengenaikan tarif 10 persen untuk barang impor China senilai USD 200 miliar. Kemudian tarif naik menjadi 25 persen pada akhir 2018 yang berlaku pada 24 September 2018.

Pengenaan tarif itu berlaku untuk ribuan produk China mulai dari bumbu makanan, sarung tangan bisbol dan suku cadang mesin. Demikian mengutip laman CNN Money,Rabu (19/9/2018).

Sedangkan China mengenakan tarif antara 5 persen-10 persen tergantung pada produk dari tanggal yang sama. Lebih dari 5.000 barang AS akan berpengaruh termasuk daging, kacang-kacangan, minuman beralkohol, bahan kimia, pakaian, mesin, furnitur, dan suku cadang mobil.

Ketegangan perang dagang itu menambah konflik bagi dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia. Apalagi langkah AS terbaru akan membuat setengah dari produk yang dijual China ke AS akan terkena tarif setiap tahun.

Sebelumnya China juga sudah membalas AS dengan menerapkan tarif impor barang AS senilai USD 50 miliar. Keputusan China membalas kembali serangan AS meningkatkan prospek ketegangan dalam perang dagang. Pemerintahan AS memperingatkan kalau setiap pembalasan China akan lebih banyak tarif yang dikenakan senilai USD 267 miliar.

 


Ketidakpastian Atas Negosiasi

Presiden FIFA Gianni Infantino (tengah) tertawa saat Presiden AS Donald Trump memegang kartu merah selama pertemuan di Oval Office Gedung Putih pada Selasa (28/8). Presiden FIFA bertemu Trump untuk membahas kesiapan Piala Dunia 2026. (AFP/Mandel Ngan)

Dua negara adidaya ekonomi ini telah bersiap untuk mengadakan negosiasi pada September 2018. Namun, hal itu belum jelas. Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri China menuturkan, pengenaan tarif terbaru Trump “telah membawa ketidakpastian” pada negosiasi yang drencanakan.

"Pihak China telah berulang kali menekankan satu-satunya cara yang tepat untuk menyelesaikan sengketa perdagangan antara China dan AS adalah melalui pembicaraan dan konsultasi atas dasar kesetaraan, integritas dan saling menghormati," ujar Juru Bicara Geng Shuang.

"Tetapi apa yang dilakukan pihak AS tidak menunjukkan ketulusan atau niat baik," tambah dia.

Jelang pengumuman Trump mengenai tarif impor barang China, Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow menuturkan, AS masih bersedia melanjutkan dialognya dengan China.

"Kami bersiap untuk bernegosiasi dengan China kapan saja, jika mereka bersedia terlibat dalam pembicaraan serius," kata Kudlow.

Sebelumnya, kedua negara tersebut sudah berdialog tetapi gagal capai terobosan. Analis pun skeptic China akan bersedia dan mampu melakukan permintaan pemerintahan AS terhadap sejumlah masalah utama termasuk upaya China mendapatkan teknologi AS dan kebijakan industri ambisius China.

"Tujuan utama dari tarif mungkin tidak membawa Beijing ke meja perundingan. Sebaliknya itu adalah memaksa perusahaan multinasional AS untuk menarik kembali investasi di China sehingga ketergantungan dari dua negara pesaing berkurang. Terhadap tujuan ini, tidak ada kemungkinan tawaran oleh China dapat menyebabkan tarif dicabut," ujar Analis Senior Gavekal, Arthur Kroeber dalam laporannya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya