Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kementerian PUPR) terus mendorong inovasi teknologi terowongan yang dinilai sangat dibutuhkan Indonesia lantaran memiliki topografi yang beragam.
Keberadaan terowongan dalam pembangunan jalan akan mempersingkat jarak dibandingkan pembangunan jalan yang harus memutar perbukitan atau pegunungan.
Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR, Sugiyartanto menyampaikan, pembangunan terowongan ini masih terkendala dalam urusan biaya konstruksi pembangunannya. Dia mengatakan, biayanya bisa mencapai 2-7 kali lipat dibanding membangun jalan layang.
Baca Juga
Advertisement
"Oleh karena itu pemilhan teknologi terowongan seperti cutting/embankment, jembatan dan terowongan menjadi hal yang menarik untuk didiskusikan," kata dia dalam keterangan tertulis, Rabu (19/9/2018).
Pembangunan terowongan di Indonesia juga dihadapkan pada tantangan letak geografis Indonesia yang berada di jalur gempa. Hal itu karena terdapat sepanjang jalur tumbukan tektonik lempeng di beberapa pulau di Indonesia. Seperti lempeng India–Australia, lempeng Eurasia dan lempeng Pasifik.
Dalam tataran kelembagaan, Direktorat Jenderal Bina Marga telah membentuk unit-unit organisasi yang memiliki tugas dan fungsi dalam penyelenggaraan bidang terowongan jalan, yakni Sub Direktorat Teknik Terowongan dan Jembatan serta Balai Jembatan Khusus dan Terowongan.
Dari sisi keamanan, Indonesia juga memiliki Komisi Kemananan Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJTJ) yang beranggotakan para ahli.
Terowongan Cisumdawu
Sugiyartanto mengatakan, salah satu terowongan yang saat ini tengah dibangun Kementerian PUPR adalah terowongan di Jalan Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) sepanjang 472 meter dengan diameter 14 meter.
Pembangunan Terowongan Cisumdawu yang menembus bukit tersebut menggunakan teknologi metode New Austrian Tunneling Methods (NATM).
Selain metode NATM, terdapat juga metode Tunneling Boring Machine (TBM) yang juga digunakan dalam pembangunan MRT Jakarta. Sebanyak empat unit TBM digunakan dalam melakukan penggalian terowongan yang menghubungkan jalur MRT Lebak Bulus–Bundaran HI–Setiabudi.
Pembangunan terowongan juga akan diterapkan pada pada ruas tol Padang-Pekanbaru sebaanyak lima terowongan dengan total panjang 8,95 km yang menembus pegunungan Bukit Barisan. Selain di infrastruktur jalan, terowongan saat ini juga banyak digunakan dalam pembangunan bendungan.
Kepala Pusat Litbang Jalan dan Jembatan Deded P Sjamsudin dalam laporannya mengatakan, Puslitbang Jalan dan Jembatan juga telah bekerjasama dengan National Institute of Land and Infrastructure Management (NILIM) dan Public Works and Research Institute (PWRI) dari Jepang.
"Pengalaman Jepang dalam membangun terowongan dan kondisi topografi, densitas penduduk dan risiko gempa yang sama dengan Indonesia, dapat dijadikan rujukan dalam penyiapan kebijakan dan kebutuhan NSPK yang dibutuhkan," tutur dia.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement