TelkomTelstra Promosikan Ahli IT Indonesia ke Kancah Dunia

Dari 180 karyawan yang dimiliki TelkomTelstra setidaknya ada 30 orang yang kini dipercaya Telstra Corporation untuk terlibat dalam proyek bertaraf dunia.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 19 Sep 2018, 15:30 WIB
Gelaran acara Telstra Vantage di Melbourne, Australia. Liputan6.com/ Ilyas Istianur Praditya

Liputan6.com, Melbourne - TelkomTelstra kini menjadi perusahaan manajemen aplikasi dan layanan jaringan yang mulai berkembang di Indonesia. Perusahaan ini merupakan patungan dari PT Telkom Indonesia (Persero) dengan perusahaan asal Australia, Telstra Corporation.

Selain jumlah konsumennya yang terus meningkat setiap tahunnya, di usianya yang menginjak 3 tahun ini, Sumber Daya Manusia (SDM) milik TelkomTelstra mulai berbicara di kancah internasional.

Presiden Direktur TelkomTelstra Erik Meijer di Autralia, tengah semangat mempromosikan kemampuan para enginer ahli dari Indonesia, terutama para pegawainya.

Di Melbourne, Australia sendiri saat ini tengah diadakan Telstra Vantage yang menghadirkan para consumer dari berbagai negara.

"Di sini saya bicara keahlian Indonesia. Karena dunia luar tidak pernah menganggap Indonesia pusat IT skill. Indonesia biasanya ekspor tenaga kerja low skill. Jadi ini kita buka," kata Erik di Melbourne, Rabu (19/9/2018).

Dari 180 karyawan yang dimiliki TelkomTelstra setidaknya ada 30 orang yang kini dipercaya Telstra Corporation dan beberapa mitranya di negara lain untuk terlibat dalam proyek yang dikerjakan.

 


Libatkan Tenaga Ahli dari Indonesia

Gelaran acara Telstra Vantage di Melbourne, Australia. Liputan6.com/ Ilyas Istianur Praditya

Dia mencontohkan, proyek Telstra Corporation beberapa bulan lalu di Korea, yaitu penyelenggara jaringan broadcasting dalam Olimpiade Musim Dingin 2018, melibatkan tenaga ahli dari Indonesia untuk menjadi salah satu manajer. Hasilnya, mendapat apresiasi luar biasa dari berbagai pihak.

Tidak hanya itu, proyek penyelenggaraan jaringan di Tiongkok yang dikerjakan oleh Telstra Corporation juga melibatkan tim ahli dari Indoensia.

"Bahkan untuk sertifikasi beberapa peralatan jaringan Telstra, itu ahli kita yang kerjakan," sebutnya.

Selama ini, sejumlah perusahaan IT masih menjadikan India sebagai sumber SDM IT. Hal itu menjadikan persaingan SDM semakin ketat sehingga menjadikan nilai tawar cukup tinggi.

"Kita harga juga tidak murah banget, tapi bisa di bawah pasaran yang ada. Malah kualitas kerjanya lebih ahli tim kita dan kita dapat pengalaman baru," paparnya.

Lalu apa yang menjadikan enginer Indonesia lebih baik? Ternyata, dalam mengerjakan proyek, SDM dari Indoensia ini juga memberikan berbagai masukan mengenai peluang optimalisasi proyek tersebut. Sementara selama ini, enginer hanya bekerja sesuai job desk tanpa ada improvisasi.

Erik sendiri, mentargetkan dalam tiga tahun ke depan, akan ada setidaknya 1.000 enginer IT Indonesia yang telah mengerjakan proyek-proyek internasional.

(Ilyas/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya