Asal-usul Nama Jalan Gunungsari Surabaya yang Bakal Diganti Nama Siliwangi

Generasi Muda Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan dan Putra Putri TNI-Polri Indonesia (GM FKPPI) Jawa Timur, menolak pengubahan nama Jalan Gunungsari menjadi Jalan Siliwangi karena dinilai ahistoris.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 20 Sep 2018, 03:00 WIB
Patung Suro lan Boyo ikon Kota Surabaya karya Sigit Margono. (Dipta Wahyu/Jawa Pos)

Liputan6.com, Surabaya - Proses perubahan dua nama jalan, Jalan Gunungsari dan Jalan Dinoyo di Surabaya, Jawa Timur, berlangsung lebih lambat dari yang diperkirakan. Sejumlah pihak menentang perubahan nama kedua jalan utama menjadi Jalan Siliwangi dan Jalan Pasundan, termasuk Generasi Muda Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan dan Putra Putri TNI-Polri Indonesia (GM FKPPI) Jawa Timur.

Ketua GM FKPPI Jawa Timur Agoes Soerjanto menilai perubahan nama Jalan Gunungsari menjadi Jalan Siliwangi, serta Jalan Dinoyo menjadi Jalan Pasundan, sebagai kebijakan yang ahistoris.

"Kebijakan ini mengingkari nilai-nilai perjuangan para pejuang. Juga menunjukkan tak adanya itikad baik dari pengambil kebijakan untuk mengedukasi generasi muda tentang pentingnya mengingat sejarah perjuangan bangsa," ujarnya di Surabaya, Selasa, 18 September 2018.

Maka itu, GM FKPPI bersama para pejuang Surabaya meminta kepada Wali Kota Tri Rismaharini untuk membatalkan perubahan nama jalan tersebut. Nama jalan tersebut, kata dia, adalah penghormatan terhadap sejarah yang diwarnai perjuangan para pahlawan.

"Nama jalan tersebut menjadi salah satu tetenger dari perjuangan para pahlawan," imbuhnya.

Sebelumnya, Gubernur Jatim Soekarwo mewacanakan adanya harmonisasi Sunda-Jawa dengan mengubah nama jalan. Di Surabaya akan ada nama Jalan Pasundan dan Siliwangi. Sementara, di Bandung akan ada nama Jalan Majapahit dan Hayam Wuruk. Kedua nama jalan di Surabaya yang akan diganti adalah Jalan Gunungsari dan Jalan Dinoyo.

Agoes mengatakan, berdasarkan penuturan ahli dan pelaku sejarah, Jalan Gunungsari adalah bagian yang tak mungkin dipisahkan dari Front Bukit Gunung Sari sebagai basis pertahanan terakhir dan tempat gerilya arek-arek Suroboyo yang tergabung di Badan Keamanan Rakyat/Pelajar. BKR merupakan cikal-bakal Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP).

Mereka adalah bagian dari perlawanan terhadap tentara sekutu pada pertempuran 28 November 1945. Gunungsari menjadi benteng pertahanan terakhir karena lokasinya yang ketika itu masih dipenuhi bukit.

Saat itu, sangat banyak gerilyawan rakyat dan tentara pejuang yang wafat di medan laga. Untuk mengenang jasa mereka, dibangunlah Monumen Kancah Yudha Mas TRIP di Gunungsari yang diresmikan Pangdam Brawijaya Mayjend TNI Witarmin pada 7 Februari 1981.

"Dengan nilai sejarah yang sangat tinggi itu, sangat disayangkan jika kemudian akan dihilangkan dari memori publik," ujar Agoes.

Sekretaris GM FKPPI Jatim Didik Prasetiyono menambahkan, banyak memori kolektif publik yang terikat dengan nama-nama jalan di Surabaya.

"Secara sosiologis ini penting untuk mengikat publik menjadi himpunan yang saling peduli. Itulah ciri-ciri arek Suroboyo, yaitu punya solidaritas. Memori itu akan dicabut sepihak oleh penguasa, tentu kita tolak," ujarnya.

Didik menyarankan agar perubahan nama jalan bisa dilakukan di beberapa ruas lain. "Kan ada banyak ruas jalan baru di Surabaya. Pakai nama baru di ruas jalan itu. Jangan jalan yang sudah ada, diganti namanya," ujar Didik.

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya