Terkuak, Ini Makna di Balik Pidato ‘Avengers’ Jokowi

Jokowi menggambarkan kondisi perekonomian dunia saat ini seperti dalam film Avengers: Infinity War.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Sep 2018, 21:14 WIB
Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyampaikan pidatonya pada pembukaan World Economic Forum on ASEAN di National Convention Centre di Hanoi, Vietnam, Rabu (12/9). (NHAC NGUYEN/AFP)

Liputan6.com, Jakarta Pidato Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada World Economic Forum ASEAN di Hanoi, Vietnam sempat menjadi sorotan masyarakat. Dalam pidatonya, Jokowi menganalogikan kondisi perekonomian dunia saat ini seperti perang tak terbatas atau ‘infinity war’, film Avengers ketiga.

Analogi tersebut menggambarkan posisi Indonesia dalam dua bidang penting, yaitu politik luar negeri dan ekonomi.

Menurut Staf Khusus Presiden Ahmad Erani Yustika, isu-isu terkait perdamaian, hubungan harmonis antar negara, dan persahabatan internasional merupakan isu penting dalam politik luar negeri Indonesia.

“Kita tidak dalam posisi mencari musuh, membangun ketegangan dengan blok-blok tertentu, tapi justru menjadi salah satu instrumen atau bagian dari negara yang bisa memastikan agar kerjasama dan hubungan internasional itu benar-benar terjaga dalam situasi yang damai itu,” ujar dia, Rabu (19/9/2018).

Di samping itu, analogi tersebut juga menyinggung kebijakan yang diambil Amerika Serikat (AS) akhir-akhir ini dalam perang dagangnya dengan Cina.

Menurut Jokowi, perang dagang tersebut perlu untuk segera diselesaikan dengan solusi yang dapat menguntungkan semua pihak agar tidak menjadi bencana internasional. Dalam interaksi ekonomi antar negara juga diperlukan pertimbangan di luar kepentingan domestik agar kepentingan negara lain tidak tercederai. “Nah, pada titik itulah analogi tadi itu masuk,” ujar Erani.

“Indonesia ingin memastikan bahwa negara-negara yang di dalam formulasi kebijakan ekonominya banyak mengganggu stabilitas ekonomi negara yang lain, itu tidak boleh terjadi. Semua musti bersekutu, bergandengan tangan untuk mewujudkan itu tadi,” dia menandaskan.

Menurut Erani, Indonesia memiliki peran strategis dalam forum pertemuan antar negara tersebut. Bukan hanya dari sisi ekonomi dan jumlah penduduknya yang besar, namun juga dalam isu-isu tertentu yang menjadi agenda pemerintah. Keberadaan forum internasional ini memungkinkan adanya pertukaran berbagai program antar negara.

Selain itu, forum tersebut juga mempertemukan negara-negara dengan kelompok bisnis, lembaga-lembaga multilateral, dan masyarakat sipil.

“Penting bahwa di dalam forum internasional itu antara apa yg dipikirkan oleh pemimpin negara itu dipahami oleh kelompok bisnis, masyarakat sipil, lembaga multilateral, dan sebaliknya,” ujar Erani. (Felicia Margaretha)


Pidato di Forum Ekonomi Dunia, Jokowi Sebut 'Thanos' Keliru

Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyampaikan pidatonya pada pembukaan World Economic Forum on ASEAN di National Convention Centre di Hanoi, Vietnam, Rabu (12/9). (AP Photo/Bullit Marquez)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) turut menghadiri acara World Economic Forum (WEF) yang berlangsung di National Convention Center, Hanoi, Vietnam. Pada forum ini, Jokowi berkesempatan memberikan pidatonya.

Dalam pidatonya, orang nomor satu di Indonesia ini membeberkan kondisi perekonomian dunia. Hal yang berbeda, Jokowi menggambarkan kondisi perekonomian dunia saat ini seperti dalam film Avengers: Infinity War.

Dia pun menyebut soal salah satu tokoh dalam film tersebut, yakni Thanos. Ini merupakan salah satu tokoh antagonis pada film besutan Hollywood tersebut.

"Perang yang tak terbatas. Sosok bernama Thanos mengancam memusnahkan setengah populasi bumi, karena ia percaya sumber daya planet Bumi terbatas," begitu Jokowi menulis dalam akun media sosial Instagram @jokowi, Kamis (14/9/2018).

Menurut Jokowi, Thanos keliru soal masalah sumber daya manusia tersebut.

"Di hadapan sejumlah pemimpin negara yang hadir pada World Economic Forum on ASEAN di Hanoi siang tadi, saya mengatakan bahwa pada kenyataannya sumber daya untuk umat manusia tidak terbatas," jelas dia.

Dia mencontohkan pada perkembangan teknologi yang telah menghasilkan peningkatan efisiensi, memberi manusia kemampuan untuk memperbanyak sumber daya lebih dari sebelumnya.

"Ekonomi kita sekarang lebih ringan dalam hal berat dan volume fisik. Dalam 12 tahun terakhir, total berat dan volume televisi, kamera, pemutar musik, buku, surat kabar, dan majalah telah tergantikan oleh ringannya ponsel pintar dan tablet," Jokowi melanjutkan.

Contoh lain, dia menuturkan bagaimana pembangkit listrik berbahan bakar batu bara yang besar dan berat, sudah mulai diganti oleh panel surya yang tipis dan ringan.

"Sudah saatnya peningkatan ekonomi didorong bukan lagi dari sumber daya alam, melainkan sumber daya manusia yang tidak terbatas," dia mengakhiri.

 

Tonton Video Menarik Ini:

 

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya