Liputan6.com, Kendari - Sebotol bom ikan berisi racikan amonium nitrat ternyata memiliki daya ledak yang sangat tinggi. Tidak tanggung-tanggung, meskipun digunakan di dalam air, jika diracik dengan tepat, bahkan bisa menghancurkan ekosistem laut dengan brutal.
Dari hasil penyelidikan dan investigasi Kapolda Sulawesi Tenggara di sejumlah wilayah laut Sulawesi Tenggara, sebotol bom ikan ternyata sangat berbahaya. Jika dilemparkan di wilayah padat terumbu karang, sebotol bom bisa menghancurkan terumbu karang seluas 30 meter persegi.
"Itu hanya sebotol loh. Sedangkan, rata-rata nelayan setiap kali menangkap ikan dengan bom, lebih dari sebotol mereka pakai," ujar Kapolda Sulawesi Tenggara, Brigjen Iriyanto, Rabu, 19 September 2018.
Baca Juga
Advertisement
Bukan saja terumbu karang yang hancur, namun tekanan ledakannya bisa menghancurkan hewan hewan kecil selain ikan. Sehingga, sebotol bom ikan racikan nelayan bisa sangat berpengaruh terhadap ekosistem laut.
Iriyanto mengatakan, bom ikan berbahan dasar pupuk urea dan bahan racikan lainnya, didapat nelayan dari pasar dalam dan luar negeri. Khusus pupuk urea atau dikenal dengan nama amonium nitrat, bahan ini dijual bebas di pasaran.
"Ini bahan untuk pertanian, namun disalahgunakan oleh nelayan saat tiba di lautan," ujar Iriyanto.
Iriyanto menghitung, 1 kilogram amonium nitrat bisa menghasilkan empat botol bom ikan. Sehingga, empat botol bom ikan bisa menghancurkan 120 meter persegi terumbu karang.
Ribuan Detonator Beredar
Perusakan terumbu karang di sejumlah wilayah Sulawesi Tenggara, ternyata diluar dugaan hampir setiap hari terjadi. Niat mencari ikan, nelayan malah ikut merusak biota laut yang paling berharga. Tidak tanggung-tanggung, bom berdaya ledak tinggi ini alatnya didatangkan dari luar negeri.
Alat yang diimpor yakni, detonator (pemicu) bom ikan berbentuk sumbu khusus yang diisi kapas. Dengan alat ini, nelayan dengan mudah membakar bom ikan secara aman dan melemparnya ke laut.
"Kami mengamankan bahan dan alat pembuat bom yang dimiliki nelayan, berasal dari India," imbuh Brigjen Iriyanto.
Iriyanto mengatakan, bom ini masuk di sejumlah kabupaten di Sulawesi Tenggara melalui jalur Timor Leste dan Sulawesi Selatan. Keduanya dibawa dengan kapal laut khusus, sehingga agak sulit dipantau petugas.
"Harganya meskipun mahal namun disukai nelayan karena tangkapan lebih banyak jika menggunakan bom luar negeri," ujarnya.
Direktur Polairud Polda Sultra Kombes Andi Anugrah mengatakan, bom ikan berbahan dasar pupuk urea ini sudah diproduksi secara bebas di wilayah Sulawesi Tenggara. Amonium nitrat yang diracik dengan sejumlah bahan yang mudah didapat di pasaran, dikenal tak memiliki ampun bagi biota laut bila sudah dilemparkan.
"Dengan dotonator yang tepat, daya ledaknya tinggi di air. Itu sebagai ancaman besar buat konservasi laut," ujarnya.
Selama tiga tahun operasi, Polda Sultra mengamankan bom ikan sebanyak 15,49 ton. Hasil ini diperoleh pada operasi tahun 2016-2018. Tidak hanya itu, polisi juga mengamankan 3.508 buah detonator buatan luar negeri dan 141 botol bom ikan siap ledak.
Barang sitaan lainnya, ada 13 unit kapal penangkap ikan dan 44 tersangka. Jumlah ini, dianggap luar biasa oleh Korpolairud Mabes Polri Irjen Chairul Noor Alamsyah yang menyambangi Polda Sulawesi Tenggara.
"Ini luar biasa, apalagi kalau dibiarkan berlarut-larut, hancur laut kita. Makanya, harus ada koordinasi yang kuat antara pemerintah pusat dengan daerah soal permasalahan ini," ujar Chairul Noor Alamsyah.
Simak video menarik berikut di bawah ini:
Advertisement