Mengintip Gaji Para Abdi Dalem Keraton Cirebon

Tidak sedikit para abdi dalem bekerja atas dasar pengabdian dan berharap berkah dari keraton yang masih berdiri hingga saat ini.

oleh Panji Prayitno diperbarui 20 Sep 2018, 15:01 WIB
Salah satu bangunan ikonik yang dikunjungi wisatawan saat berwisata di Keraton Kasepuhan Cirebon. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Liputan6.com, Cirebon - Peran abdi dalem dalam merawat dan mengelola keraton di Cirebon penting. Tidak sedikit keturunan abdi dalem keraton di Cirebon masih setia mengabdi sepanjang keraton itu berdiri.

Seiring berkembangnya zaman, fungsi keraton kini hanya sebagai benteng terakhir warisan budaya di Indonesia, termasuk di Cirebon. Meski begitu, tidak sedikit para abdi dalem yang mengabdi hanya berharap berkah dari keraton, termasuk pemberian upah para abdi dalem, baik dari Keraton Kanoman, Kasepuhan dan Kacirebonan.

"Sebagian besar para abdi dalem ikut mengelola keraton karena atas dasar pengabdian dan sudah turun-temurun," kata Sultan Keraton Kasepuhan Cirebon PRA Arief Natadiningrat, Rabu, 19 September 2018.

Dia menyebutkan, pada perkembangannya, Keraton Kasepuhan Cirebon mengalami perubahan. Sebelum Sultan Arief bertakhta, jumlah abdi dalem yang aktif mengabdi hanya 15 orang.

Saat itu, honor yang diberikan kepada para abdi dalem rata-rata Rp 300 ribu sampai Rp 500 ribu per bulan. Pengelolaan keraton saat itu masih dianggap belum ada perubahan signifikan.

"Setelah saya naik takhta pada 30 April 2010, kita terus berbenah dan memperbaiki kekurangan pelayanan keraton, termasuk mengajak kembali para abdi dalem yang ada di luar untuk bekerja lagi mengembangkan keraton," kata Arief.

Berbagai upaya dilakukan untuk memperbaiki kualitas dan pelayanan Keraton Kasepuhan. Arief mengaku menambah jumlah abdi dalem menjadi 100 orang.

Dari jumlah tersebut, sebagian besar abdi dalem Keraton Kasepuhan Cirebon mendapat honor sesuai UMK Kota Cirebon Rp 1,8 juta per bulan. Mereka bertugas menjadi penjaga tiket hingga keamanan keraton sesuai dengan posisi dan jabatan kerja.

"Alhamdulillah, abdi dalem yang sebelumnya tidak mendapat makan siang sekarang kami beri makan siang. Bertahaplah, sedikit demi sedikit kami perbaiki," ujar dia.

Pemberian upah sesuai UMK sudah diterapkan sejak dua tahun lalu. Bahkan, pada perkembangannya, Keraton Kasepuhan bekerja sama dengan Jamsostek sejak 2013, baik ketenagakerjaan dan kesehatan.

"Dulu 80 orang kami berikan Jamsostek, yang sekarang BPJS. Tapi karena banyak abdi dalem yang keluar masuk, akhirnya kami batasi saja yang benar-benar fokus ikut mengembangkan keraton kami beri BPJS dan honor UMK," ujar dia.

Dia mengakui, pengelolaan Keraton Kasepuhan maupun Gua Sunyaragi Cirebon masih belum maksimal. Honor dan jaminan BPJS para abdi dalem tersebut sebagian besar diambil dari pendapatan tiket kunjungan.

"Baru dari tiket yang terlihat baik Kasepuhan dan Gua Sunyaragi rata-rata tingkat kunjungan 20 ribu orang per bulan," ujar dia.

Diketahui, tiket masuk Gua Sunyaragi Rp 10 ribu per orang dan tiket masuk Keraton Kasepuhan Cirebon Rp 20 ribu per orang. Tiket tersebut belum termasuk pemandu wisata, tiket masuk museum dan lainnya.

 


Tiket Museum

Komplek Ksiti Hinggil salah satu bangunan ikonik di Keraton Kanoman Cirebon. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Sementara itu, pengelola Keraton Kacirebonan Elang Agus Zulkarnaen mengaku jumlah terdapat sekitar 200 abdi dalem. Dari jumlah tersebut, hanya delapan orang dianggap aktif.

"Delapan orang itu selain abdi dalem masuk dalam Kelompok Penggerak Pariwisata (Kompepar) di bawah Disporabudpar Kota Cirebon," sebut dia.

Dia mengaku sudah puluhan tahun mengabdi dan turut serta mengembangkan Keraton Kacirebonan. Dalam pengabdian mereka, para abdi dalem mendapat honor Rp 150 ribu hingga Rp 200 ribu per bulan.

Honor didapat dari jumlah pengunjung yang datang dan membayar tiket masuk. Dia menyebutkan, rata-rata tingkat kunjungan wisata di Keraton Kacirebonan 900 orang per bulan dengan harga tiket Rp 10 ribu per orang.

"Kadang tidak harus Rp 10 ribu, Rp 5 ribu juga kami terima. Itu pun karena orang Cirebonnya sendiri. Di Kompepar, kita dapat honor Rp 300 ribu untuk ketuanya saja," kata dia.

Pada pengelolaannya, Sultan Keraton Kacirebonan tidak ikut ambil bagian. Pendapatan dari tiket pengunjung semua diserahkan kepada delapan orang yang dipercaya sebagai pengelola serta abdi dalem keraton.

Sementara itu, Sultan Kacirebonan Pangeran Raja Abdul Gani Natadiningrat hidup dari hasil usaha rumah makan yang ada di lingkungan keraton.

"Selain itu, ada juga pemberian atau hajat dari abdi dalem. Intinya kita berusaha membagi sama rata, tapi yang utama pengabdian karena kami yakin barakahnya dapat," kata dia.

Saksikan video pilihan berikut ini:


Daya Tarik Wisata

Di Gua Sunyaragi pengunjung tidak hanya menikmati keindahan bangunan dan sejarah. Tetapi bisa menikmati senja sore hari. Foto (Liputan6.com / Cirebon)

Juru bicara Keraton Kanoman Cirebon Ratu Raja Arimbi Nurtina mengatakan, sejauh ini para abdi dalem di keraton mendapat honor Rp 300 ribu sampai Rp 800 ribu.

Nilai honor tersebut disesuaikan dengan beban kerja yang diemban para abdi dalem selama mengabdi. Namun, dia mengaku hingga saat ini Keraton Kanoman Cirebon belum memberlakukan tarif dari tiket masuk.

"Kalau di kami penetapan honor, masih tergantung tenaga yang dikeluarkan dan peringkat jabatan kerja," sebut dia.

Dia menjelaskan, belum berlakunya tarif tiket di Keraton Kanoman karena banyaknya akses masuk ke keraton dari berbagai sudut ke permukiman sekitar keraton.

Arimbi menyebutkan, saat ini pendapatan rutin Keraton Kanoman Cirebon terlihat dari tingkat kunjungan di museum benda pusaka. Pengunjung dikenai tiket Rp 10 ribu per orang.

"Selain museum ada juga pemandu, minimal Rp 50 ribu tergantung jumlah pengunjungnya saja. Kalau hari libur bisa tiga kali lipat," ujar dia.

Dia menyebutkan, sekitar 10 abdi dalem mendapat honor dari pendapatan Kanoman. Namun, sifatnya masih sesuai kemampuan Sultan sebagai pemimpin.

Dia mengaku, sejauh ini para abdi dalem yang mengabdi di keraton selalu ikhlas menerima pemberian Sultan. Mereka meyakini mengelola warisan budaya merupakan bentuk pengabdian kepada leluhur dan sejarah Cirebon.

"Alhamdulillah semua berjalan baik dan lancar," kata dia.

Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum mengatakan, Cirebon masuk ke dalam daftar destinasi wisata unggulan di Jawa Barat. Bahkan, dia menyebutkan pada 2016 sampai 2025 Cirebon masuk ke dalam 50 daya tarik wisata.

Keraton yang ada di Cirebon menjadi salah satu ikon penting dan menarik dalam meningkatkan kunjungan wisata di Jawa Barat. Oleh karena itu, warisan sejarah dan budaya yang ada di Cirebon diharapkan terus lestari.

"Zaman milenial ini generasi penerus kita sudah banyak terpengaruh oleh budaya luar," ujar dia.

Menurut dia, pagelaran seni dan budaya yang menjadi warisan Cirebon agar terus ditingkatkan. Harapan tersebut agar generasi muda tidak pernah lupa dengan sejarah tradisi dan budayanya sendiri.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya