Meskipun Mampu Menguat, Rupiah Masih Rapuh

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.820 per dolar AS hingga 14.850 per dolar AS.

oleh Arthur Gideon diperbarui 20 Sep 2018, 11:41 WIB
Petugas melayani nasabah di gerai penukaran mata uang di Ayu Masagung, Jakarta, Senin (13/8). Pada perdagangan jadwal pekan, senin (13/08). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menyentuh posisi tertingginya Rp 14.600. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan Kamis ini. Dolar AS memang mengalami tekanan secara global.

Mengutip Bloomberg, Kamis (20/9/2018), rupiah dibuka di angka 14.845 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan kemarin yang ada di angka 14.875 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.820 per dolar AS hingga 14.850 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 9,52 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) rupiah dipatok di angka 14.839 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.896 per dolar AS.

Penguatan rupiah pada Kamis ini dinilai analis masih rapuh. "Pergerakan rupiah masih terlihat rapuh, meskipun pergerakan dolar AS kembali melemah seiring dengan sikap pelaku pasar yang mengesampingkan sentimen perang dagang dan imbas kenaikan euro," kata Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada seperti dikutip dari Antara.

Rupiah sendiri, lanjut dia, diharapkan dapat memanfaatkan pelemahan dolar AS untuk kembali menguat, meski sentimen dari dalam negeri masih kurang kuat mengangkat mata uang Republik Indonesia itu.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Perang Dagang

Petugas menunjukkan uang dolar AS di gerai penukaran mata uang di Ayu Masagung, Jakarta, Senin (13/8). Pada perdagangan jadwal pekan, senin (13/08). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menyentuh posisi tertingginya Rp 14.600. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Sebelumnya, laju rupiah kembali melemah tipis setelah sehari sebelumnya bergerak positif.

Masih adanya kekhawatiran akan dampak terjadinya perang dagang antara AS dan Tiongkok yang dinilai dapat menganggu ekspor Indonesia membuat laju rupiah kembali terdepresiasi.

Apalagi sebelumnya juga di rilis neraca perdagangan yang masih kembali mengalami defisit.

Di sisi lain, adanya penilaian bahwa tahun 2019 ekonomi Indonesia akan tumbuh tipis di kisaran 5,1-5,2 persen menambah sentimen negatif pada rupiah, yang kontras dengan asumsi yang disepakati Banggar DPR di angka 5,3 persen dengan kurs 14.500 per dolar AS.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya