Liputan6.com, Pyongyang - Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mengunjungi Gunung Paektu yang sakral di utara Korut pada Kamis 20 September 2018. Gelaran itu menandai akhir dari pertemuan tingkat tinggi kedua pemimpin di Pyongyang yang telah berlangsung sejak Selasa 19 September 2018.
Perjalanan mereka ke gunung yang terletak di dekat perbatasan Korea Utara-China, beserta foto-foto mencolok yang akan beresonansi di kedua Korea, merupakan 'pemanis' dari berbagai hasil kesepakatan yang mereka peroleh usai KTT pertengahan pekan ini --di mana keduanya menggembar-gemborkan hal itu sebagai 'langkah besar menuju perdamaian.'
Foto-foto menunjukkan para pemimpin tersenyum lebar ketika mereka berpose di puncak Gunung Paektu, dengan para istri tersenyum di sisi mereka, demikian seperti dikutip dari Time.com, Kamis (20/9/2018).
Baca Juga
Advertisement
Gunung Paektu memiliki makna yang berbeda untuk kedua Korea.
Bagi Korea Utara, gunung itu dijadikan simbol propaganda yang digunakan untuk melegitimasi kekuasaan keluarga Kim, serta meminjamkan nama Paektu ke segala sesuatu, mulai dari roket hingga pembangkit listrik.
Banyak orang Negeri Ginseng juga merasa tertarik dengan gunung berapi itu, yang menurut mitologi Korea, adalah tempat kelahiran Dangun, pendiri kerajaan Korea kuno pertama, dan telah lama dianggap sebagai salah satu tempat paling indah di semenanjung.
Moon Jae-in berencana untuk kembali ke Korea Selatan pada Kamis sore waktu setempat.
Dibandingkan dengan bahasa yang tidak jelas dari pertemuan awal mereka pada April 2018, tatap muka Kim Jong-un dan Moon Jae-in pada September ini tampaknya telah menyetujui sebuah program realistis ambisius yang dimaksudkan untuk mengatasi ketegangan yang melonjak tahun lalu yang memiliki banyak ketakutan akan perang ketika Korea Utara menguji serangkaian senjata nuklir dan rudal yang semakin kuat.
Simak video pilihan berikut:
Janji Perdamaian dan Denuklirisasi
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in telah mendeklarsikan kesepakatan besar menuju perdamaian. Itu diutarakan kala mereka berdiri berdampingan pada Rabu 19 September 2018 untuk mengumumkan hasil KTT.
"Kami telah sepakat untuk menjadikan Semenanjung Korea tanah damai yang bebas dari senjata nuklir dan ancaman nuklir," kata Kim Jong-un.
"Jalan menuju masa depan kita tidak akan selalu mulus dan kita mungkin menghadapi tantangan dan uji coba yang tidak dapat kita antisipasi. Tapi kami tidak takut akan cobaan karena kekuatan kami akan tumbuh saat kami mengatasi setiap rintangan berdasarkan kekuatan bangsa kami."
Sementara itu, Moon Jae-in mendesak persatuan untuk semua warga Korea dalam pidato yang ia berikan.
"Kami telah hidup bersama selama 5.000 tahun dan hidup berpisah selama 70 tahun. Saya sekarang mengusulkan agar kita sepenuhnya menghilangkan permusuhan 70 tahun terakhir dan mengambil langkah maju yang besar dalam damai sehingga kita bisa menjadi satu lagi."
Kedua Korea juga sepakat untuk membangun buffer zone (area netral) di sepanjang perbatasan darat dan laut mereka untuk mengurangi ketegangan militer dan mencegah bentrokan yang tidak disengaja.
Mereka juga setuju menarik 11 pos penjagaan dari Zona Demiliterisasi pada bulan Desember 2018 dan untuk membentuk zona larangan terbang di atas garis demarkasi militer yang membagi dua Korea yang akan berlaku untuk pesawat, helikopter dan pesawat tak berawak.
Perjanjian lain yang bertujuan untuk menghilangkan beberapa iritasi lama dari hubungan mereka antara lain; memungkinkan lebih banyak pertemuan antara keluarga yang terpisah akibat Perang Korea; serta proposal Korsel untuk membantu membangun infrastruktur Korut dan membuka jalur kereta lintas perbatasan.
Advertisement