Liputan6.com, Jakarta - Amazon Web Services (AWS), anak usaha Amazon, melihat potensi cukup besar pada industri perusahaan rintisan atau startup di Indonesia.
Layanan AWS pun saat ini digunakan sejumlah oleh startup lokal termasuk Traveloka dan Halodoc.
Baca Juga
Advertisement
AWS menyatakan, teknologi andalan para startup itu adalah cloud computing yang target pasarnya untuk semua kalangan, mulai dari startup, UKM, korporasi hingga institusi pemerintahan sekalipun.
“Semuanya termasuk institusi pemerintahan. Tidak hanya startup, usaha kecil dan menengah (UKM), pengusaha, tetapi juga pemerintah,” ujar Chief Technology Officer Amazon, Werner Vogels saat berbincang dengan media pada Kamis (20/9/2018).
Adapun cloud computing yang biasa dikenal sebagai cloud adalah layanan komputasi on-demand yang terdiri dari server, penyimpanan database atau jaringan melalui internet.
Solusi ini diharapkan memungkinkan startup, serta usaha kecil dan menengah di Indonesia untuk berinovasi, meningkatkan keamanan dan kelincahan dalam berusaha.
Vogels menuturkan, cloud akan meningkatkan kapasitas perusahaan lokal. AWS menyediakan platform komputasi awan on-demand untuk individu dan organisasi di seluruh dunia telah membantu beberapa startup dan UKM di Indonesia.
Selain itu, AWS telah ubah biaya untuk memulai bisnis secara radikal. Sementara nilai investasi dari para pemodal ventura pada perusahaan rintisan telah meningkat dua kali lipat sejak dibukanya layanan AWS.
Selain itu, lebih banyak investasi yang mendapatkan return lebih tinggi secara signifikan.
Meningkatkan Fleksibilitas
Nick Walton, Managing Director AWS untuk wilayah ASEAN, mengatakan, teknologi AWS memungkinkan pelanggan, termasuk perusahaan berskala besar, untuk meningkatkan fleksibilitas dan kelincahan mereka.
Dia menambahkan, perusahaan-perusahaan berskala besar perlu berinovasi seperti yang dilakukan startup untuk mendapatkan pijakan yang kuat di era digital.
Traveloka sebagai perusahaan rintisan yang menyediakan layanan pemesanan tiket pesawat dan hotel secara online adalah salah satu pengguna layanan AWS di Indonesia.
VP of Engineering Traveloka, Denni Gautama mengatakan, dengan menggunakan AWS, manfaat yang didapatkan adalah bisa membawa produk baru ke pasar lebih cepat dari sebelumnya, bisa mengerjakan lebih banyak hal dengan lebih sedikit usaha serta menciptakan keluwesan, scalability, keandalan dan keamanan.
AWS mengklaim jika layanan cloud miliknya mampu menciptakan produk dengan cepat dan menghemat lebih banyak ongkos produksi sehingga bisa meningkatkan skala ekonomi perusahaan.
Vogels menuturkan, pihaknya tidak khawatir dengan perusahaan lainnya yang juga ekspansi bisnis cloud computing di Indonesia. Pihaknya telah memiliki pengalaman panjang di bisnis tersebut dan berusaha untuk melayani baik para pengguna layanannya
Vogels juga menambahkan, pihaknya juga memberikan keamanan bagi data konsumen.
"Jika kamu ingin memulai merintis usaha, tak perlu pikir panjang. Lakukan saja secepat mungkin. Yang terpenting dalam membuat startup adalah security harus menjadi prioritas utama," ujar Vogels.
Advertisement
AWS Turut Serta Bentengi Perangkat IoT dari Hacker
Perangkat Internet of Things alias IoT memang belum masif di Tanah Air. Namun tak bisa ditampik, adopsinya perlahan mulai merangkak naik.
Bicara soal IoT, kegunaan perangkat ini tak cuma hanya untuk Smart Home--seperti perabot rumah pintar, tetapi perangkat IoT nyatanya juga beken di industri korporasi dan startup (perusahaan rintisan).
Ambil contoh Habibi Garden dan eFishery, dua dari beberapa startup lokal yang memanfaatkan IoT untuk memberdayakan petani dan peternak ikan. Ini jelas menjadi bukti kalau IoT sangat membantu untuk menopang optimisasi sistem perusahaan.
Pada kenyataannya, penggunaan perangkat IoT juga berisiko dari hacker. Menurut Ian Massingham, Global Head of Technical and Developer Evangelism Amazon Web Services (AWS), pengguna perangkat IoT harus sadar akan ancaman ini. Karenanya, ia mengungkap dua poin mengapa keamanan akan perangkat IoT itu penting.
"Pertama, perangkat IoT tak cuma mengumpulkan data dari dunia nyata, tetapi perangkat itu bisa memengaruhi data yang dikumpulkan," kata Massingham kepada Tekno Liputan6.com di ajang AWS Summit Singapore 2018 yang dihelat di Singapore Expo, Rabu lalu (5/4/2018).
Kedua, tambah Massingham, perangkat IoT itu biasanya hadir dalam jumlah yang banyak. Ini menciptakan peluang kepada hacker untuk melancarkan serangkan DDoS (Distributed Denial of Service) via perangkat IoT.
Sadar dengan ancaman tersebut, AWS pun menghadirkan dua layanan keamanan khusus untuk IoT, yaitu AWS IoT Device Defender, dan AWS Shield. Apa kelebihan dua layanan ini?
"AWS IoT Device Defender itu memungkinkan pengguna memonitor perangkat IoT. Saat ada sesuatu yang mencurigakan atau anomali dari perangkat mereka, pengguna akan mendapatkan notifikasi langsung," papar Massingham.
Layanan tersebut, diklaim bisa membantu pengguna untuk memperbarui firmware perangkat IoT milik mereka. Dengan demikian, firmware yang diperbarui bisa menutup celah keamanan. Catatan, IoT Device Defender cuma bisa digunakan kalau manufaktur perangkat menggunakan IoT Core milik AWS.
"Device Defender bekerja dengan memonitori trafik antara perangkat IoT dengan Core," imbuh Massingham.
Adapun AWS Shield berfungsi untuk membentengi aplikasi yang menggunakan layanan cloud AWS dari ancaman serangan DDoS. "Kalau pengguna menyimpan aplikasi via cloud, AWS SHield akan melindungi aplikasi dari serangan DDoS," tukasnya.
Untuk informasi, AWS Shield merupakan layanan cuma-cuma yang didapatkan semua aplikasi jika tersimpan dalam cloud AWS.
Tak puas dengan Shield? Pengguna bisa beralih ke AWS Shield Advanced, yang mana merupakan versi berbayar dari AWS Shield. Bedanya, layanan ini menawarkan perlindungan ekstra secara langsung.
"Kalau aplikasi yang disimpan itu sifatnya penting dan diprioritaskan, pengguna bisa memanfaatkan AWS Shield Advance," jelas Massingham.
(Agustina Melani/Jek)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: