Plot untuk Singkirkan Donald Trump dari Gedung Putih Terkuak?

Sebuah plot konon dirancang untuk menyingkirkan Donald Trump dari Gedung Putih, dari jabatannya sebagai Presiden Amerika Serikat.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 23 Sep 2018, 11:00 WIB
Presiden Amerika Serikat Donald Trump (AP PHOTO via Breitbart)

Liputan6.com, Washington DC - Sebuah plot konon dirancang untuk menyingkirkan Donald Trump dari Gedung Putih, dari jabatannya sebagai Presiden Amerika Serikat.

Kala itu, beberapa hari setelah James Comey dipecat dari jabatan Direktur FBI pada Mei 2017, Wakil Jaksa Agung AS, Rod Rosenstein diduga mendiskusikan rencana untuk menyingkirkan orang nomor satu di AS itu.

James Comey adalah sosok yang mengawasi penyelidikan lembaga penegak hukum tentang dugaan keterkaitan kampanye Trump apda Pilpres 2016 dengan pihak Rusia.

Plot pertama, dengan menggunakan sebuah 'kabel' (wire) untuk merekam pembicaraan Donald Trump. Rekaman itu diduga bertujuan untuk menguak kekacauan dan kondisi disfungsi di Gedung Putih di bawah kepemimpinan Trump.

Rosenstein konon juga merekrut sejumlah anggota kabinet untuk mengajukan Amandemen ke-25 untuk menyingkirkan sang miliarder nyentrik dari jabatannya, dengan alasan ia tak layak menjabat.

Informasi tersebut didapatkan The New York Times, mengutip sumber anonim yang familiar dengan memo yang ditulis oleh mantan Wakil Direktur FBI Andrew McCabe -- yang juga dipecat Trump pada Maret 2018.

Apa yang diduga sebagai plot menyingkirkan Trump, menurut informasi yang dikuak The New York Times, muncul dalam rapat dan pembicaraan yang digelar pada Mei 2017 dengan sejumlah pejabat Departemen Kehakiman dan FBI.

Merespons kabar tersebut, Wakil Jaksa Agung AS, Rod Rosenstein membantah informasi bahwa ia mendiskusikan upaya menggunakan klausul dalam konstitusi untuk menyingkirkan Donald Trump.

Ia menyebut, tuduhan itu tidak akurat dan secara faktual tak benar.

"Saya tidak akan mengomentari lebih jauh lagi sebuah kisah yang didasarkan pada sumber anonim yang jelas bias dan mengedepankan agenda personal," kata pejabat bidang hukum paling senior kedua di AS itu, seperti dikutip dari BBC News, Sabtu (22/9/2018).

"Namun, biarkan saya menegaskan soal hal ini: berdasarkan hubungan personal saya dengan presiden, tak ada dasar untuk mengajukan amandemen ke-25," tambah dia.

Sementara, pengacara mantan Wakil Direktur FBI Andrew McCabe, Michael Bromwich mengatakan, kliennya tak mengetahui bagaimana bisa media mendapatkan memo-memo dari pertemuan penegak hukum.

Bromwich mengatakan, memo-memo terkait telah diserahkan kepada penasihat khusus yang sedang menyelidiki kemungkinan intervensi Rusia dalam Pilpres 2016 dan dugaan pelanggaran hukum. Ia menambahkan, salinan lainnya tetap disimpan FBI.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya