Berkat Wisata Goa Pindul, Desa Ini Kantongi Rp 2 Miliar per Tahun

Yuk kita intip kebangkitan ekonomi sebuah desa yang berhasil kembangkan wisata Goa Pindul.

oleh Merdeka.com diperbarui 23 Sep 2018, 13:41 WIB
Jogja selain terkenal dengan keraton dan pantainya yang memukau, di Gunung Kidul juga terdapat wisata gua yang siap memacu adrenalin

Liputan6.com, Gunungkidul - Berwisata ke Yogyakarta belum lengkap rasanya bila belum menginjakkan kaki ke Wirawisata Goa Pindul, Desa Beriharjo. Objek wisata yang terletak di Kecamatan Karangmojo, Gunung Kidul ini merupakan salah satu desa wisata binaan PT Bank Central Asia (BCA).

Goa Pindul merupakan goa berair yang cukup unik. Memiliki panjang sekitar 350 meter dan lebar 5 meter, goa ini memanjakan mata pengunjung dengan berbagai ornamen yang terbentuk sendiri oleh alam, serta terdapat aliran air jernih yang tenang. 

Setidaknya ada tiga ruangan saat menyusuri goa ini. Ruangan pertama, ruangan remang-remang dengan cahaya matahari sedikit dan kedalaman air sekitar 4 meter. Selanjutnya, ruangan gelap tanpa cahaya dengan kedalaman air sekitar 7 meter. Pada ruangan ketiga, cahaya kembali menerangi area dengan kedalaman air sekitar 2 meter.

Saat pertama kali memasuki goa, pengunjung langsung disapa aroma khas air campur uap bebatuan. Tidak perlu takut menyusuri goa karena pemandu yang sudah dilatih oleh BCA akan menemani sepanjang perjalanan. Pengunjung cukup duduk manis sambil menikmati suguhan alam yang indah.

Dibalik seluruh keindahannya, Goa Pindul ternyata memiliki cerita pilu. Desa Beriharjo dulunya merupakan salah satu desa tertinggal, miskin dengan tingkat pengangguran yang cukup tinggi. Tanah yang cukup luas tak mampu memberikan jaminan pada masyarakat untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Kebangkitan perekonomian desa ini kemudian dimulai dengan kedatangan BCA untuk mengembangkan potensi alam yang ada. Tidak mudah membesarkan nama Goa Pindul, mengingat letaknya yang cukup jauh dari perkotaan Yogyakarta.

Pembinaan dan dukungan diberikan BCA dalam berbagai cara. Salah satunya memberikan pelatihan antara lain pengelolaan keuangan, pengelolaan wisata digital marketing, kepemimpinan, layanan prima, standar layanan, pengelolaan dan penyajian makanan.

Ketua Karang Tarunabakti Desa Beriharjo Yudan Hermawan mengatakan, setelah mendapat pembinaan dari BCA desa ini mampu mencapai pendapatan hingga Rp 2 miliar. Tahun pertama pembinaan pada 2012, Goa Pindul hanya memperoleh omset sebesar Rp 75 juta.

"Kita dibina kan sejak 2012, saat itu kita masih Rp 75 juta, tahun kedua Rp 350 juta, kemudian tahun berikutnya antara Rp 1 miliar hingga Rp 1 miliar lebih. Terakhir kita mencapai Rp 2 miliar," ujar Yudan dalam acara Kafe BCA on the Road di Goa Pindul, Yogyakarta, ditulis Minggu (23/9/2018).

Yudan mengatakan, saat ini hasil pertanian tak lagi menjadi andalan. Salah satu sebabnya karena tanah di daerah tersebut tandus, sehingga jika kemarau panjang hasil pertanian pun minim. Berbekal pembinaan dan perbaikan infrastruktur yang diberikan BCA, desa ini terus maju dengan kehidupan masyarakat yang makin sejahtera.

"Dulu masyarakat hanya mengandalkan pertanian. Padahal tanah disini kering, tandus, musim kemarau panjang sedikit kita susah cari penghasilan. Sekarang, kita punya penghasilan tetap. Masyarakat kita berdayakan. Ibu-ibu tak lagi pusing jika kemarau, mereka bisa berkreasi memasak untuk mendorong wisata kuliner," jelasnya.


Pemuda yang Merantau Kembali Pulang

Goa ini pesonanya tak kalah dengan tempat wisata yang telah mendunia lebih dahulu.

Ada hal lain yang unik di desa ini. Pemuda yang dulunya pergi merantau mengadu nasib, kini kembali membangun desa dan turut serta memberi sumbangsih pengembangan wisata. Setidaknya sekitar 200 orang pemuda desa kembali dan memutuskan tinggal menetap.

"Dulu itu karena tidak punya biaya sekolah semua pergi kerja ke kota. Sekarang, mereka kembali mau membangun desa. Dan ini sangat membantu kami. Karena kami tak perlu cari SDM tapi kami punya SDM sendiri yang terampil dilatih oleh BCA," jelasnya.

Ke depan, Yudan mengatakan, desa ini akan merambah ke wisata kuliner. Ibu-ibu PKK yang berjumlah puluhan akan terus dilatih untuk mengubah hasil pertanian menjadi makanan enak dan unik yang tidak ditemukan dimanapun.

"Beberapa di antaranya, nasi merah, lombok ijo, tempe. Daun pepaya biasanya pahit, tapi disini manis. Ada resep tertentu yang tidak boleh dibocorkan. Ada terancam, terbuat dari sayuran mentah. Ada kerupuk kulit. Itu kita sediakan yang masak ibu PKK. Itu tidak dibeli tapi sekarang pakai hasil tani daerah sendiri," jelasnya.

Cerita lain Goa Pindul yang membuat pengunjung terkesan dan betah berlama-lama adalah keramahan masyarakat desa dan sikap santun ketika bertemu wisatawan. Pengunjung dipastikan tak lagi menemukan masyarakat pelit senyum dan acuh terhadap pengunjung. Selamat berwisata di Goa Pindul.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya