Liputan6.com, Islamabad - Perdana Menteri Imran Khan dikabarkan mengundang Arab Saudi untuk menjadi mitra ketiga di Belt and Road atau Jalur Sutra Baru, yang didanai oleh China sebagai proyek infrastruktur utama di Pakistan.
Pengumuman itu muncul di tengah perjalanan dua hari PM Khan ke Arab Saudi, yang telah diduga oleh banyak pihak, sebagai upaya pengajuan dana bantuan dari negara-negara sekutu Pakistan, guna mengentaskan negara tersebut dari belenggu krisis.
Menteri Penerangan Pakistan, Fawad Chaudhry, tidak mengungkapkan jika Arab Saudi akan meminjamkan uang ke Pakistan untuk membantu menambah cadangan mata uang asingnya yang semakin menipis, tetapi dia mengharapkan Arab Saudi untuk berinvestasi di Pakistan dengan nilai besar, demikian sebagaimana dikutip dari Independent.co.uk pada Mingg(23/9/2018).
Baca Juga
Advertisement
"Arab Saudi adalah negara pertama yang kami undang sebagai mitra negara ketiga di CPEC," kata Chaudhry, mengacu pada Koridor Ekonomi China-Pakistan (CPEC), perpanjangan dari keterlibatan Pakistan dalam inisiatif infrastruktur Satu Sabuk Satu Jalan China.
Beijing telah menjanjikan investasi senilai US$ 60 miliar (setara Rp 88,9 triliun, dengan kurs US$ 1 = Rp 14.819) untuk membangun pembangkit listrik, jalan raya utama, peningkatan luas jaringan kereta, dan pembangunan berkapasitas tinggi.
Inisiatif di atas bertujuan mengubah Pakistan menjadi bagian dari jalur darat utama yang menghubungkan wilayah barat China dengan Eropa, Timur Tengah, dan Afrika.
Menteri Chaudhry mengatakan delegasi Arab Saudi akan datang ke Pakistan pada pekan pertama Oktober, yang diharapkan bisa meletakkan "dasar untuk kemitraan yang sangat besar".
Simak video pilihan berikut:
Sempat Diisukan Menunda Secara Sepihak
Pemerintahan PM Imran Khan dimulai dengan keraguan baru atas proyek CPEC, ketika menteri perdagangannya mengatakan Pakistan akan menangguhkan selama satu tahun.
Menteri itu kemudian mengatakan bahwa komentarnya telah ditanggapi di luar konteks, dan para pejabat Pakistan meyakinkan China bahwa tidak akan ada penundaan.
Pakistan di masa lalu menyatakan bahwa negara-negara lain dapat bergabung dengan CPEC, tetapi tanggapannya dinilai kurang tegas karena kekhawatiran bahwa China akan mendominasi hubungan apa pun.
Arab Saudi memiliki sejarah menyelamatkan keuangan Pakistan. Pada tahun 2014, enam bulan setelah Islamabad memperoleh dana talangan IMF terakhir, Riyadh meminjaminya US$ 1,5 milyar (setara Rp 22,2 triliun) yang digunakan pemerintah untuk memperkuat mata uang rupee setempat.
Advertisement