Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan akan terus berupaya dalam menjaga defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) Indonesia. Berbagai kebijakan turut dikeluarkan untuk menekan defisit CAD yang kian melebar.
Diketahui, CAD saat ini sudah mencapai 3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan bahwa defisit transaksi berjalan pada kuartal I-2018 tercatat sebesar USD 8 miliar.
"Selama CAD kita masih membesar saya tidak akan berhenti ngomel. Saya tidak akan lelah mengingatkan semuanya, saya tahu semuanya 'Ibu, ibu ngomel lagi'," kata Sri Mulyani dalam acara Seminar Nasional Peningkatan Ekspor di Kantornya, Jakarta, Senin (24/9/2018).
Baca Juga
Advertisement
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut juga mengingatkan agar seluruh pejabat yang berada di lingkungan Kementerian Keuangan agar tidak merasa puas dengan hasil yang sudah dicapai. Meski APBN menunjukan trend positif, namun persoalan CAD masih menjadi pekerjaan rumah.
"Pressure itu akan terus saya lakukan. Karena ini kali kesekian RI mendapat tekanan pada saat pertumbuhan ekonomi tinggi yang selalu disertai dengan CAD," ujarnya.
Oleh karena itu, persoalan CAD ini menurut Sri Mulyani dibutuhkan kerjasama yang baik dari berbagai pihak Kementerian ata Lembaga terkait lainnya. "Saya ingin kita semua jauh dari puas harus mendera diri bekerja lebih baik sinergis sehingga kita bisa bahu membahu terus," pungkasnya.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Saran Ekonom buat Pemerintah Atasi Defisit Transaksi Berjalan
Sebelumnya, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI) Ari Kuncoro mengemukakan beberapa strategi yang dapat ditempuh pemerintah dalam memperbaiki defisit transaksi berjalan.
Diketahui, Bank Indonesia (BI) telah merilis data defisit transaksi berjalan kuartal II-2018 tercatat 3 persen atau sebesar USD 8 miliar.
Angka ini lebih tinggi dibandingkan defisit di periode yang sama tahun sebelumnya 1,96 persen. Defisit transaksi berjalan kuartal II-2018 pun lebih lebar dibandingkan kuartal I-2018 sebesar 2,6 persen atau sebesar USD 5,5 miliar.
BACA JUGA
"Obat yang paling manjur itu mengembangkan industri berorientasi ekspor, kemudian sebagian bahan baku kita produksi. Nilai tambah ada, sehingga ada surplus untuk neraca perdagangan," kata dia di Jakarta, Rabu (18/9/2018).
Dia menjelaskan, defisit transaksi berjalan tidak hanya disumbangkan oleh defisit neraca perdagangan, melainkan juga oleh defisit di komponen pendapatan primer yang mencapai USD 8 miliar.
"Yang negatif USD 8 miliar itu (pendapatan primer). Keuntungan yang ditransfer keluar. Keuntungan orang luar yang ditransfer kembali (ke luar)," kata dia.
Defisit pendapatan primer ini, kata dia sebenarnya dapat ditolong dengan menaikan surplus di komponen pendapatan sekunder (secondary income).
"Kalau secondary income kita masih plus, tapi tidak cukup untuk sektor jasa semuanya. Belum oke sekarang USD 4. Kita di pekerja (secondary income) surplus USD 4, tapi USD 8 miliar (banding) USD 4 miliar kita masih kalah," jelas dia.
"Kenapa tidak (surplus) USD 8 miliar atau USD 12 miliar? Karena yang kita kirim kebanyakan tenaga informal yang di sektor rumah tangga," lanjut dia.
Advertisement