Liputan6.com, Jakarta Usai buah hatinya lahir, Tinus (34) memilih menggunakan kondom untuk mencegah kehamilan. Baginya, menggunakan kondom lebih nyaman bagi dirinya dan istri dibanding metode kontrasepsi lain. Sudah tepatkah pilihan Tinus dan pasangan lain yang memilih hal sama?
Dokter spesialis kandungan dan ginekologi Klinik Yasmin RS Cipto Mangunkusumo Jakarta, Andon Hestiantoro, tak terlalu menyarankan kondom sebagai metode kontrasepsi utama. Menurutnya, risiko kehamilan lebih besar terjadi bila menggunakan kondom.
Advertisement
"Jadi, kondom itu hanya untuk dipakai sewaktu-waktu, untuk jangka pendek," kata Andon saat diskusi Hari Kontrasepsi Sedunia bersama Bayer ditulis Selasa (25/9/2018).
Terkadang orang lupa memakai kondom, tidak sempat pasang, dan ukuran yang tidak sesuai. Selain itu, walau produksi sudah baik, tetap ada risiko kondom bocor yang memungkinkan sperma keluar.
"Jadi, ya kalau bisa gunakan metode kontrasepsi yang lebih efektif," tutur Andon.
Walau begitu, Andon juga mengatakan bahwa kondom merupakan kontrasepsi yang memiliki keunggulan mencegah penularan penyakit menular seksual.
Saksikan juga video menarik berikut:
Pilihan kontrasepsi
Ada banyak pilihan kontrasepsi. Seperti spiral, pil KB, implan, IUD. Apapun pilihannya, Andon mengingatkan sesuaikan dengan kebutuhan.
"Bisa suntikan ada yang tiga bulan sekali atau satu bulan sekali. Kalau mau enggak ribet yan bisa pasang spiral untuk jangka menengah dan panjang," kata pria yang juga staf pengajar FKUI-RSCM Jakarta ini.
Namun, pil KB kombinasi itu yang paling bagus dalam perencanaan keluarga. Dari 10.000 perempuan yang mengonsumsi pil KB dalam setahun hanya 5 yang hamil. Sementara, kalau spiral angkanya lebih tinggi dari itu.
"Pakai pil KB kombinasi itu yang paling bagus, asal disiplin makannya. Kalau enggak makan dua hari saja sudah fatal," kata Andon.
Advertisement