Liputan6.com, Jakarta - Tak dimungkiri, eSports saat ini tengah menjadi tren di seluruh dunia. Terlebih, tidak tertutup kemungkinan eSports dapat masuk sebagai salah satu cabang olahraga yang akan dipertandingkan resmi di SEA Games ataupun Olimpiade.
Meski perjalanan eSports terlihat mulus, tidak disangka ada beberapa pihak yang ternyata menolak kehadirannya. Salah satunya ditunjukkan oleh suporter sepakbola asal Swiss beberapa waktu lalu.
Baca Juga
Advertisement
Dikutip dari Eurogamer, Rabu (26/9/2018), sekelompok suporter garis keras klub asal Swiss, Young Boys, melancarkan protes terhadap keberadaan eSports saat menghadiri pertandingan sepakbola.
Dalam aksi protes tersebut, mereka melemparkan bola tenis dan kontroler konsol ke dalam lapangan setelah pertandingan berjalan 15 menit. Akibatnya, pertandingan melawan Basel itu harus dihentikan terlebih dulu.
Aksi itu sendiri merupakan bentuk penolakan suporter terhadap keberadaan eSports yang kini mulai menjamur di klub Swiss. Basel merupakan salah satu klub yang diketahui sudah berinvestasi di tim eSports.
Selain itu, ada laporan yang menyebut Swiss Super League berencana memasukkan eSports sebagai bagian dari sebuah klub. Kabar tersebut tentu memancing penolakan dari sejumlah suporter tim.
Informasi yang dihimpun dari salah satu akun Facebook suporter tim yang menolak eSports, keputusan untuk mulai beralih ke olahraga elektronik itu tidak ada hubungannya sama sekali dengan olahraga dan hanya mengejar keuntungan.
eSports Bisa Berlaga di Olimpiade, Tapi...
Langkah eSports untuk dipertandingkan dalam kompetisi olahraga resmi sudah mulai mendapat titik terang. Terlebih, sejak dilakukannya pertandingan eksibisi eSports saat Asian Games 2018.
Kendati demikian, langkah eSports untuk berlaga di Olimpiade belum dapat dipastikan.
Hal itu menyusul pernyataan Presiden International Olympic Committee (IOC) Thomas Bach beberapa waktu lalu.
Menurutnya, harus ada penyesuaian agar eSports cocok untuk dipertandingkan di pesta olahraga dunia ini.
Salah satu yang menjadi perhatian adalah masih adanya gim yang bernuansa kekerasan.
"Jika kami memiliki gim yang menampilkan aksi pembunuhan seseorang, hal itu tentu tidak sejalan dengan nilai-nilai Olimpiade," tuturnya seperti dikutip dari CNBC, Sabtu (8/9/2018).
Saat ini, eSports sendiri sudah diakui oleh IOC sebagai olahraga, meski belum masuk untuk ajang resmi.
Setelah Asian Games 2018, eSports juga masih akan menjalani pertandingan eksibisi pada Olimpiade Paris 2024.
Pada gelaran Asian Games 2022, eSports juga masuk dalam salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan.
Industri eSports sendiri kini tengah naik daun dan diprediksi akan bernilai hingga US$ 138 miliar hingga akhir 2018.
Advertisement
Realisasi eSports Jadi Bagian Olimpiade Semakin Dekat
Sebelumnya, pengurus resmi International Olympic Committee (IOC) dan Global Association of International Sports Federations (GAISF), melakukan pertemuan yang membahas soal masa depan eSports ini.
Digelar di Lausanne, Swiss, forum mempertemukan para profesional dan administrasi dengan 150 anggota komunitas, terdiri dari penerbit gim, pemain profesional, dan media.
Meski belum ada rencana resmi yang menyebutkan akan mengintegrasikan eSports ke dalam Olimpiade, IOC dan GAISF mengumumkan, mereka akan membentuk tim khusus.
Dikutip dari laman Engadget, Senin (30/7/2018), tim khusus yang diberi nama eSports Liaison Group akan bertugas agar rencana kolaborasi eSports di Olimpiade ini tetap berjalan dan terwujud.
Grup tersebut dijadwalkan bakal melakukan presentasi di rangkaian acara hingga akhir tahun ini, mulai dari Olympism in Action Forum di Buenos Aires pada awal Oktober hingga Olympic Summit pada akhir Desember 2018 di Tokyo, Jepang.
(Dam/Ysl)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: