Tensi Global Diprediksi Bayangi IHSG

Tingginya eskalasi perang dagang antara AS dan China tetap menjadi sentimen eksternal yang berpengaruh.

oleh Bawono Yadika diperbarui 26 Sep 2018, 07:40 WIB
Pergerakan saham di BEI, Jakarta. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi melanjutkan pelemahan pada perdagangan saham Rabu (26/9/2018). Tensi perang dagang hingga putusan sidang Bank Sentral Amerika Serikat (AS) masih membayangi laju IHSG.

Untuk sentimen dari dalam negeri, menurut Fund Manager PT Valbury Capital Management Suryo Narpati, tata kelola keuangan pemerintah kini semakin membaik. Meski begitu, tingginya eskalasi perang dagang antara AS dan China tetap menjadi sentimen eksternal yang berpengaruh.

"Neraca keseimbangan primer dalam APBN 2018 per Agustus mengalami surplus Rp 11,6 triliun. Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani, surplus neraca kesimbangan primer ini merupakan kali pertama positif sejak 2013," ujar dia.

"Namun konflik perdagangan kedua negara besar antara AS dan China kian menajam, menghilangkan rasa nyaman investor global, termasuk juga pelaku pasar di Bursa Efek Indonesia (BEI)," tambah dia.

Oleh karena itu, Suryo menegaskan, kekhawatiran investor memicu IHSG bakal berlabuh di zona merah kembali. "Sikap investor akan kembali menimbulkan tekanan bagi IHSG pada perdagangan saham hari ini," kata dia.

Pada hari ini, Suryo memprediksikan tren pelemahan IHSG dengan support level di 5.853 serta resisten level di 5.935.

Beralih ke rekomendasi saham untuk dibeli investor, Suryo menyarankan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT JAPFA Tbk (JPFA), PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk (SAME), hingga PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA).


Penutupan Kemarin

Perdagangan saham atau IHSG. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belum mampu beranjak dari zona merah. Investor asing melakukan aksi beli.

Pada penutupan perdagangan saham, Selasa (25/9/2018), IHSG melemah 7,92 poin atau 0,13 persen ke posisi 5.874,29. Indeks saham LQ45 tergelincir 0,15 persen ke posisi 926,61. Sebagian besar indeks saham acuan kompak tertekan. Hanya Indeks DBX yang mampu bertahan di zona hijau.

IHSG sempat berada di level tertinggi 5.895,02 dan terendah 5.850,75. Sebanyak 175 saham melemah sehingga menekan IHSG. Selain itu 163 saham menguat dan 142 saham diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan saham sekitar 312.121 kali dengan volume perdagangan 8,7 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 5,4 triliun.

Investor asing beli saham Rp 61 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 14.891.

Dari 10 sektor saham pembentuk indeks, enam sektor melemah dasn empat sektor menguat. Sektor yang mampu bertahan di zona hijau adalah pertambangan, aneka industri, barang konsumsi dan infrastruktur.

Saham-saham yang mampu menguat antara lain saham PKPK melonjak 25 persen ke posisi 175 per saham, saham PANI mendaki 25 persen ke posisi 595 per saham, dan saham DIGI menanjak 24,85 persen ke posisi 1.030 per saham.

Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham ABMM melemah 20 persen ke posisi 1.680 per saham, saham LPIN merosot 15,77 persen ke posisi 1.015 per saham, dan saham ERTX turun 12,41 persen ke posisi 120 per saham.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya