Liputan6.com, New York - Porsi pidato Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Sidang Majelis Umum PBB 2018 pada Selasa 25 September 2018 mendapat tanggapan beragam.
Dalam salah satu momen yang lebih luar biasa dalam sejarah Sidang Majelis Umum PBB tahunan, seisi ruangan sempat pecah dalam tawa spontan atas klaim Trump yang dalam pidatonya mengatakan, "dalam waktu kurang dari dua tahun, pemerintahan saya telah mencapai lebih dari yang dilakukan oleh hampir semua pemerintahan dalam sejarah negara kita (AS)," demikian seperti dikutip dari The Guardian (26/9/2018).
Sebagai salah satu delegasi dunia yang hadir, Wakil Presiden RI Jusuf Kalla (JK) memiliki penilaian tersendiri atas keseluruhan pidato Donald Trump.
Menurut Wapres JK, keseluruhan penyampaian pidato Trump pada tahun ini lebih komunikatif dan lebih baik dari tahun kemarin.
Baca Juga
Advertisement
"Pidato Trump hari ini jauh lebih tenang dari biasanya," kesan Wapres JK, seperti dikutip dari rilis resmi Kantor Juru Bicara Wakil Presiden RI, yang diterima Liputan6.com, Rabu (26/9/2018).
Meskipun ada beberapa langkah-langkah kebijakan, salah satunya soal ekonomi yang menuai kontroversi, namun kali ini, orang nomor satu di Negeri Paman Sam terlihat lebih tenang dari biasanya.
"Karena ada orang mengatakan kalau Amerika batuk, dunia bisa flu kan. Hari ini dia tenang, jadi kita tenang juga," imbuh Wapres JK.
Seperti diketahui, Presiden Donald Trump berbicara di urutan ketiga setelah Sekjen PBB Antonio Gutteres dan Presiden Brasil Michel Temer pagi ini.
Simak video pilihan berikut:
Trump Menolak Globalisme dan Puji Korea Utara
Di samping menyatakan kejemawaan soal klaimnya atas kesuksesan pemerintahan AS saat ini --yang disambut tawa oleh para delegasi-- Donald Trump juga mendesak dunia untuk menolak globalisme dan merangkul patriotisme, merefleksikan kembali ego dan kebijakan "America First"-nya.
"Amerika diatur oleh orang Amerika," kata Trump. "Kami menolak ideologi globalisme dan kami merangkul doktrin patriotisme."
Tentang penekanannya pada kedaulatan, pidato 34 menit Trump juga menggemakan kembali pandangannya soal proteksionisme, seperti yang telah ia tekankan pada pidato perdananya di Sidang Majelis Umum PBB tahun lalu.
Sekarang, Korea Utara Jadi 'Sekutu' Trump
Namun, kontras dengan apa yang ia sampaikan dalam pidato tahun lalu, pada Sidang Majelis Umum PBB 2018, Trump memasukkan diktator Korea Utara, Kim Jong-un, menjadi salah satu 'sekutunya'. Padahal, pada edisi sidang 2017, ia pernah mengancam untuk "menghancurkan" Korea Utara.
Setahun berlalu, kini, Trump berterima kasih kepada pemimpin negara itu atas "keberaniannya, dan untuk langkah-langkah yang telah diambilnya" --mereferensi pada KTT di Singapura pada Juni 2018 dan mencairnya hubungan diplomatik Korea Utara dan Korea Selatan sepanjang tahun ini.
Trump menggambarkan pertemuannya dengan Kim di Singapura sebagai terobosan dramatis, dengan mengatakan, "rudal dan roket tidak lagi terbang ke segala arah," uji coba nuklir telah dihentikan, tahanan AS telah dibebaskan dan sisa-sisa tentara AS yang gugur telah dikembalikan.
Donald Trump juga mengatakan, KTT di Singapura mewakili "momen yang sebenarnya jauh lebih besar daripada yang orang pahami".
Bertolak belakang dengan pendapat Trump, pakar dan organisasi internasional pemerhati isu nuklir tak yakin bahwa Korea Utara berkomitmen menuju denuklirisasi, mengingat, betapa semu janji yang diutarakan oleh Kim Jong-un, baik kepada Washington maupun kepada Seoul sekalipun.
Pyongyang pun telah menegaskan bahwa mereka tak akan melakukan denuklirisasi, hanya jika, hal itu tak disambt dengan "inisiatif positif" dari AS --yakni berupa peringanan hingga pencabutan penuh sanksi ekonomi.
Advertisement