Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perdagangan (Kemendag) memutuskan harga batas bawah dan harga batas atas untuk komoditas telur dan ayam. Pada kesempatan ini, Kemendag juga membahas terkait kebutuhan stok jagung dalam negeri.
Ketua Peternakan dan Perikanan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Anton J. Supit, mengatakan pemerintah sebaiknya transparan mengenai ketersediaan stok untuk jagung. Lantaran ia menyebutkan, antar kementerian selalu tarik-menarik data soal masalah jagung tersebut.
"Jadi kita harapkan pemerintah kalau jagungnya tidak ada ya tolong diadakan. Kalau kita anti impor dan negara lain melakukan hal yang sama, maka kita enggak bisa ekspor dong? Ini kepentingan nasional," ujar dia di Gedung Kemendag, Rabu (26/9/2018).
Baca Juga
Advertisement
Anton menuturkan, keharusan Indonesia untuk melakukan impor jagung bukanlah hal yang buruk. Lantaran, jika memang diharuskan, aksi impor tersebut baik guna keberlangsungan pangan RI ke depan.
"Kalau impor jagung sudah ditutup dari 2016 karena surplus, maka dimana surplusnya? Pasar enggak bisa ditipu. Kalau ada barang harga pasti turun, begitu oversupply harganya turun, tapi ini harganya naik," ujar dia.
Selain itu, Anton juga menambahkan, pengalihan impor jagung ke impor gandum tidak berdampak baik dari segi pelaku usaha.
"Tapi juga tidak bagus ke depannya karena kalau sudah terbiasa konsumsi gandum dan tak pakai jagung, kedepan yang beli jagung kita siapa dong?" ungkapnya.
"Jadi terbuka sajalah, jangan menutupi. Kalau ada di mana dan siapa yang pegang? Sudah diturunkan satgas, tapi tidak ditemukan kelebihan jagung itu. Jadi kalau Kementerian Pertanian (Kementan) merasa tahu ya silahkan ditunjukan," ujar dia.
Harga Jagung Petani Naik, Ini Kata Kementan
Sebelumnya, Kementerian Pertanian (Kementan) menekankan, ada banyak faktor terkait harga jagung yang kini tercatat naik di tingkat petani. Salah satunya distribusi panen jagung yang tidak merata.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan (Ditjen TP Kementan) Sumarjo Gatot Irianto mengatakan, pasokan jagung hingga hari ini masih terbilang cukup.
Bahkan dia mengaku telah memeriksa penyebab kenaikan harga jagung tersebut di pasar.
"Untuk produksi jagung sementara catatan kita itu 28 juta ton di Angka Ramalan I. Kita masih bicarakan kepada para petani jangan dilepas setinggi-tingginya harga ini. Kita memang belum tahu apa yang mengerek harga jagung jadi tinggi begini," tuturnya di Gedung Kementan, Selasa 25 September 2018.
Gatot menjelaskan, selain persoalan pasokan, dari sisi logistik juga berdampak besar pada harga jagung. Oleh karena itu, Kementan terus memperbanyak alat pengering jagung, terutama untuk daerah-daerah pedalaman.
"Distribusi panen juga berpengaruh, panen di Maluku dan Jawa kan beda, ini karena ada aspek logistiknya. Apalagi panen untuk di daerah remote, makanya kita tambah 1.000 alat pengering jagung. Untuk jagung multipurpose," ujarnya.
Sementara itu, hingga hari ini, Gatot mengungkapkan, luas tanam jagung telah mencapai 1.047.000 hektar. Itu belum terhitung hingga total akhir bulan September ini.
"Awal bulan September 780 ribu hektar, hari ini 1.047.000 ribu hektar. Ini belum selesai ya sampai September, kan masih ada 5 hari lagi," kata dia.
Sebagai informasi, saat ini harga jagung di tingkat petani sebesar Rp 3.600 per kilogram (kg). Sementara, harga acuan jagung menurut Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) di tingkat petani ialah Rp 3.150 per kg dan Rp 4.000 di tingkat konsumen.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement