Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) diprediksi menaikkan suku bunga acuan (BI 7 day reverse repo rate) sebesar 25 basis poin dari 5,5 persen menjadi 5,75 persen. BI gelar pertemuan selama dua hari pada 26-27 September 2018.
Ekonom BCA, David Sumual menuturkan, BI akan menaikkan suku bunga acuan mempertimbangkan langkah kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve.
The Federal Reserve juga menggelar pertemuan pada 25-26 September 2018 yang diprediksi menaikkan suku bunga acuan.
Baca Juga
Advertisement
David menilai, pelaku pasar sudah mengantisipasi langkah the Federal Reserve. Saat ini, pelaku pasar ingin tahu mengenai arah kebijakan the Federal Reserve ke depannya.
Selain itu, harga minyak juga akan pengaruhi keputusan bank sentral. Hal itu mengingat tren harga minyak menguat usai AS dan Iran berseteru. Sedangkan dari sentimen perang dagang belum ada hal terbaru. China enggan untuk bernegosiasi.
"Minimal 25 basis poin (BI menaikkan suku bunga-red). Namun, ancaman eksposure harusnya naik 50 basis poin," kata dia saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (27/9/2018).
David mengatakan, dari sentimen internal belum ada terlalu pengaruhi keputusan BI. Hal ini mengingat inflasi masih terkendali. Akan tetapi, cadangan devisa turun mengingat untuk stabilkan nilai tukar rupiah.
"Namun perlu diwaspadai Oktober karena banyak produsen untuk menaikkan harga mulai dari usaha sektor farmasi, otomotif, dan ritel,” kata David.
Ia menilai, kenaikan suku bunga BI juga masih wajar. Hal ini kenaikan suku bunga acuan BI masih bertahap. Sedangkan dampaknya ke sektor riil juga belum terlalu signifikan. “Dampaknya tidak signifikan,” kata dia.
Hal senada dikatakan Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede. Ia perkirakan BI kembali menaikkan suku bunga 25 basis poin pada rapat dewan gubernur (RDG) dalam dua hari ini. "Ini untuk mendukung upaya pemerintah menekan defisit transaksi berjalan dan mengantisipasi kenaikan suku bunga the Fed," ujar dia.
Bos LPS Prediksi Suku Bunga BI Kembali Naik
Sebelumnya, Ketua Dewan Komisoner Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS), Halim Alamsyah memprediksi Bank Indonesia akan kembali menaikan suku bunganya pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) mendatang. Langkah itu diambil BI untuk menjaga stabilitas sektor keuangan dengan menyesuaikan kondisi global.
Diketahui, beberapa analis termasuk BI memprediksi bank sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) akan menaikkan suku bunga acuan kembali hingga 2019. Adapun suku bunga The Fed saat ini berada pada angka 2 persen.
"Karena BI pasti akan merespon subung (suku bunga) itu, berdasarkan target inflasi, mereka sudah umumkan seperti itu. Sekarang kondisinya berubah, karena skerang terutama Amerika Serikat, Eropa sudah mulai (menaikan suku bunga). Jepang masih belum dan beberapa negara lain mengehntikan quantitative easing-nya," kata Halim saat ditemui di Jakarta, Selasa 25 September 2018.
Halim menjelaskan, dengan adanya pelonggaran quantitative easing dari berberapa negara tersebut, maka berdampak pada kenaikan suku bunga yang diawali oleh The Fed. Apabila kondisi itu berjalan, maka mau tidak mau Indonesia pun harus menyesuaikan kenaikan suku bunga The Fed.
"Nah ketika itu terjadi subung kita harus naikkan mengikuti The Fed, KUR kita terpaksa melemah. Karena uang yang tadi masuk ke Indonesia, itu kembali lagi ke negara lain," imbuhnya.
"Akibatnya likuditas berkurang sementara kebutuhan likuiditas Indonesia masih tinggi karena pembangunan kita butuh banyak dana, ini yang terjadi," tambah Halim.
Oleh karena itu, BI sendiri berusaha mengimbangi agar penarikan dana keluar negeri tidak menganggu stabilas ekonomi dalam negeri. Sementara LPS akan memantau apakah ada pergerakan dana pihak ketiga (capital outflow) dari bank-bank yang pindah keluar negeri.
"Sejauh ini berdasarkan pantauan kami tidak ada gerakan yang luar biasa. Biasa ada nasabah pindah dari satu bank ke bank lain, menafaatkan subung yang lebih tinggi itu biasa," jelasnya.
Diketahui, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada Agustus 2018 memutuskan untuk menaikkan Bank Indonesia (BI) 7-day Reverse Repo Rate atau suku bunga acuan sebesar 25 basis point (bps) menjadi 5,50 persen.
Bank Indonesia juga menaikkan suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 4,75 persen dan Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,25 persen.
Kenaikan ini merupakan yang keempat kali sepanjang tahun berjalan 2018. Sebelumnya BI menahan suku bunga acuan di posisi 5,25 persen pada Juli. BI sudah menaikkan suku bunga acuan pada Mei dan Juni dengan total kenaikan 100 bps.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement