Tiongkok Bakal Eksplorasi Kutub Bulan pada 2030

Informasi ini disampaikan langsung oleh Direktur Departemen Sistem Mesin CNSA Li Guoping, saat berbicara di World Conference Science Literacy di Beijing pada pekan ini.

oleh Jeko I. R. diperbarui 27 Sep 2018, 13:30 WIB
Bulan, satelit alami Bumi (NASA)

Liputan6.com, Jakarta - Seperti diwartakan sebelumnya, Tiongkok dikabarkan akan menjalankan misi khusus untuk menjelajahi Bulan

Bahkan, Badan Antariksa Tiongkok (CNSA) kabarnya juga akan meluncurkan satelit khusus yang bakal meneliti sisi misterius Bulan.

Salah satu misi yang akan dilakukan Tiongkok nanti, adalah misi eksplorasi wilayah kutub Bulan. Misi tersebut, sebagaimana dikutip Mirror pada Kamis (27/9/2018), akan dilakukan mulai 2030.

Informasi ini disampaikan langsung Direktur Departemen Sistem Mesin CNSA, Li Guoping, saat berbicara di World Conference Science Literacy di Beijing pada pekan ini.

“Misi bernama Chang’e ini akan terbagi dalam empat fase program eksplorasi untuk Bulan,” ujar Li Guoping. 

Untuk fase pertama, nantinya Tiongkok akan mengirimkan wahana probe pertamanya, Chang’e-4 pada akhir 2018.

Probe tersebut kemungkinan akan melakukan sejumlah tugas, seperti mengambil sampel Bulan dan mengamati kutub yang ada di Bulan.

Selain itu, peneliti juga berharap probe tersebut bisa menyediakan informasi baru terkait kutub selatan yang ada di Bula, serta juga komposisi dari permukaannya.

Adapun misi untuk kutub utara Bulan nantinya diharapkan akan mengungkap asal usul es yang ada di Bulan.

 


Teliti Sisi Misterius Bulan, Tiongkok Luncurkan Satelit Khusus

Pemandangan Bumi dari Bulan. (Doc: NASA)

Adapun satelit "relay" besutan peneliti Tiongkok juga sudah dipersiapkan, dan akan diluncurkan dalam sebuah roket bernama Long March 4-C dari pusat peluncuran satelit Xichang, Kamis (24/5/2018).

Satelit yang diberi nama Queqiao alias "Jembatan Murai" itu akan mengorbit di ketinggian 455.000 kilometer dari Bumi.

Ini akan jadi satelit pertama yang beroperasi di orbiter antara Bumi dan Bulan.

Zhang Xueyu, direktur pusat peluncuran satelit Xichang mengumumkan penerbangan itu sukses. Satelit sudah menempati orbitnya, dan sukses membuka antena komunikasi serta panel sel surya.

Misi ini akan disusul dengan peluncuran wahana pendarat Chang'e-4 di penghujung tahun ini.

Wahana serta rover akan didaratkan di kawasan sisi gelap bulan dan menjalin komunikasi dengan satelit Queqiao, yang meneruskan sinyal data ke Bumi.

Pengiriman data ke Bumi dijamin akan stabil, dengan meluncurkan dua satelit mikro tambahan ke orbiter Bulan.

Selain itu, satelit mikro juga bertugas melakukan riset astronomi di kawasan orbit eliptik bulan. 

Tiongkok memasang target pada 2030 dengan menjadi negara adidaya ruang angkasa baru, di mana mereka akan mendampingi Amerika Serikat dan Rusia yang sudah berlomba sejak era 1960-an.

Negeri Tirai Bambu juga merencanakan meluncurkan konstruki stasiun ruang angkasa berawak mulai tahun depan, menyaingi ISS yang sudah berumur lebih satu dekade.


Jepang Juga Bangun Stasiun Luar Angkasa di Bulan

Neil Armstrong di Bulan. (Nasa.gov)

Badan Antariksa Jepang (JAXA) dikabarkan tengah memasuki tahap negosiasi kerja sama dengan Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) untuk sebuah proyek pembangunan stasiun luar angkasa baru di Bulan.

Rencananya, pembangunan stasiun ditujukan untuk mengirim astronot Jepang dan Amerika Serikat ke permukaan Bulan.

Upaya kerja sama ini diklaim JAXA sebagai salah satu langkah Jepang untuk selangkah lebih maju dalam bidang antariksa. Karena itu, JAXA memilih NASA sebagai salah satu Badan Antariksa negara maju untuk mengembangkan proyek ini.

Sebelumnya, Rusia juga memutuskan untuk bekerja sama dengan NASA dalam membangun stasiun luar angkasa baru.

Tujuannya sama seperti Jepang, ingin memajukan industri antariksa di negaranya. Rencananya, stasiun luar angkasa milik Negeri Beruang Merah tersebut akan rampung pada 2020.

Rencana kemitraan JAXA dan NASA sendiri sudah tertuang dalam laporan pemerintah dan proposal soal peta jalan kebijakan luar angkasa pemerintah Jepang yang sudah direvisi. Proposal dikirimkan ke Kementerian Pendidikan, Budaya, Olahraga, Pengetahuan, dan Teknologi Jepang.

Jika tak ada kendala, proyek pembangunan stasiun Bulan akan berjalan pada akhir 2017. Demikian dikutip Asia Nikkei pada Minggu (10/12/2017).

Belum banyak informasi yang bisa diungkap dari proyek pembangunan stasiun Bulan milik JAXA ini. Hanya diketahui, dana yang akan digelontorkan pemerintah Jepang untuk membangun stasiun tersebut tentu akan sangat besar.

(Jek/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya