Liputan6.com, Austin - Teknologi printer 3D memberikan disrupsi ke sektor konstruksi dan manufaktur. Pemakaian printer 3D tak sebatas untuk barang-barang kecil, melainkan membangun rumah.
Printer 3D untuk pembangunan rumah sedang semakin dikembangkan, terutama oleh start-up. Jika belum lama ini harga membangun rumah lewat printer 3D seluas 92,9 meter persegi dibanderol sekitar USD 300 ribu atau Rp 4,4 miliar (USD 1 = Rp 14.886), sekarang bermunculan inovasi yang membuatnya semakin murah.
Baca Juga
Advertisement
Dilansir dari Business Insider, perusahaan perumahan nirlaba New Story dan perusahaan printer 3D ICON meluncurkan rumah minimalis hasil printer 3D seluas 32,5 meter persegi yang biaya pembangunannya sekitar USD 10 ribu (Rp 148 juta).
Kemudian, inovasi pun dilakukan, dan pihak perusahaan percaya mereka bisa membangun rumah seluas 55 sampai 74 meter persegi hanya dengan biaya USD 4.000 (Rp 59 juta). Dalam enam bulan, New Story berhasil membangun 100 rumah yang masing-masing seharga USD 6.000 (Rp 89 juta).
Pengujian pembangunan rumah dengan printer 3D dilakukan di Austin, Texas. Namun, pihak perusahaan ingin memulai produksi rumah di El Salvador, sebab negara tersebut memiliki tanah yang sulit dibangun dan sering banjir.
Diharapkan dengan adanya inovasi ini, maka 1,3 miliar warga dunia yang tidak memiliki rumah yang layak bisa memiliki naungan hidup yang aman.
Volksvagen Juga Pakai Printer 3D
Teknologi printer 3D telah memengaruhi dunia otomotif dalam berbagai cara. Namun, sepertinya baru Volkswagen yang mengambil langkah terbesar, yaitu produksi massal suku cadang menggunakan printer 3D.
Memang produksi suku cadang menggunakan printer 3D bukan hal yang baru, karena sudah ada yang mencetak kaliper, suku cadang, hingga mobil seutuhnya. Namun, semuanya hanya diproduksi secara terbatas.
Rencana VW tersebut berkat perkembangan metal jet 3D printer dari HP. Printer baru tersebut sanggup mencetak suku cadang yang terbuat dari baja, dan printer tersebut lebih baik dibanding sebelumnya.
Dilansir Autoblog, VW akan mulai menawarkan opsi kustomisasi pada bagian terkecil. Misalkan penamaan pada tailgate, gearknobs, hingga kunci mobil. Dalam 2-3 tahun mendatang, skalanya bisa lebih besar dari sekedar kustomisasi.
"Tujuan kami adalah mengintegrasikan suku cadang yang dicetak ke kendaraan generasi selanjutnya. Rencana jangka panjangnya, kami berharap adanya peningkatan jumlah, ukuran, dan kebutuhan teknis, " ungkap Dr. Martin Goede, VW Head of Technology Planning and Development.
Advertisement