Liputan6.com, Pekanbaru - Seorang pria berinisial E ditangkap Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau karena diduga memasang jerat di kawasan hutan perbatasan Desa Muara Lembu dengan Pangkalan Indarung, Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing).
Jerat ini menjadi penyebab kematian Harimau Sumatera betina bersama sepasang janin di kandungannya.
Pria ini juga telah mengaku memasang jerat itu. Hanya saja petugas, masih mendalami apakah E ini merupakan pemburu satwa liar dilindungi atau memasang jerat itu untuk babi hutan.
Baca Juga
Advertisement
Kepala BBKSDA Riau Suharyono menyebut status E saat ini masih saksi. Pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan Direktorat Reserse Kriminal Khusus untuk proses hukum selanjutnya.
"Baru pemeriksaan permulaan saja, E masih saksi. Nanti kepolisian mengusut lebih lanjut," kata Suharyono kepada wartawan di Pekanbaru, Kamis (27/9/2018).
Dari E, disita seuntas tali nilon besar, sebuah kayu serta kawat dan alat pembuat jerat lainnya. Petugas juga sudah membersihkan beberapa jerat yang dipasang E di kawasan hutan tempat harimau itu mati.
Peluang menjadi tersangka pun terbuka. Suharyono mengatakan, tersangka bisa dijerat Pasal 21 Undang-Undang Nomor 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem.
"Penjara 5 tahun dan denda Rp 100 juta," tegas Suharyono.
Tindakan selanjutnya, BBKSDA dengan kepolisian akan melakukan operasi sapu bersih jerat, baik di kawasan hutan ataupun kebun yang dipasang manusia. Tak hanya mengancam harimau, jerat itu bisa mengenai satwa liar lainnya seperti gajah dan beruang.
Dua Anak Harimau Ikut Tewas
Sebelumnya, harimau betina ditemukan tak bernyawa dan mulai mengeluarkan bau tak sedap pada Rabu siang, 26 September 2018, di tepi jurang. Laporan adanya harimau terjerat diterima pada Selasa siang, 25 September 2018 pagi.
Petugas BBKSDA tiba di lokasi setelah menempuh dua jam perjalanan dan tak menemukan harimau dijerat. Petugas hanya menemukan cakaran dan dua jerat lainnya, lalu dibersihkan. Pencarian berlanjut hingga matahari terbenam, di mana petugas memilih berisitirahat.
Pagi Rabu, petugas kembali menyisir hutan. Beberapa jam pencarian, petugas menemukan harimau itu sudah mati dengan posisi menggantung. Di bagian perutnya masih terbelit erat tali jerat yang membuat bagian pinggangnya menyempit.
Datuk Belang ini akhirnya dibawa ke Pekanbaru dan dibedah sebelum dikuburkan. Empat dokter hewan yang membedah, menemukan dua janin di perut harimau ini. Satu janin berjenis kelamin jantan dan satu lagi betina.
Dokter juga menyimpulkan satwa ini akan melahirkan 14 hari ke depan kalau tidak mati. Harimau ini diperkirakan masih muda dan merupakan kehamilan pertama, melihat dari struktur rahim dan susunan giginya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement