Curi Data Apple, Hacker Remaja Hadapi Hukuman Percobaan

Pelaku yang berusia 16 tahun saat melancarkan aksinya menyerang server ini kini mendapat hukuman percobaan selama delapan bulan.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 27 Sep 2018, 18:00 WIB
Ilustrasi Hacker (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Bulan lalu, seorang siswa SMA asal Australia dilaporkan telah berhasil meretas server Apple. Aksi yang dilakukan beberapa kali ini dilaporkan berhasil mencuri sekitar 90GB file penting milik perusahaan tersebut.

Kini, siswa yang berumur 16 tahun ketika melancarkan aksinya tersebut bersiap menghadapi hukuman. Dikutip dari 9to5mac, Kamis (27/9/2018), hacker itu mendapatkan hukuman percobaan selama delapan bulan.

Selama masa persidangan, aksi peretasan anak itu dipastikan bermasalah karena dianggap sebagai sesuatu yang serius dan rumit. Selama investigasi, diketahui pula bahwa jumlah data Apple yang dicuri pelaku mencapai 1TB, berbeda dari laporan awal.

Penyidik menyebut ada sekitar 1TB informasi sensitif yang disalin dari Apple selama serangan. Disebutkan pula, salinan data itu berisi informasi sensitif yang berhubungan dengan soal privasi dan komersial.

Kendati demikian, Apple menyebut tidak ada data pribadi yang terdampak aksi peretasan remaja tersebut. Karenanya, usai menemukan aksi tersebut, perusahaan langsung melaporkannya ke pihak terkait.

Sekadar informasi, serangan ini berhasil diungkap pada Agustus 2018. Menurut laporan The Age, pelaku melakukan aksi tersebut karena ingin bekerja untuk Apple.

Hacker muda ini sendiri ditangkap di rumahnya setelah pihak berwenang setempat menyambanginya. Dari penggerebekan tersebut itu ditemukan ada folder komputer bernama 'hacky hack hack' dan ada dua laptop Apple yang disita.


Hacker Klaim Retas Sistem Apple Beserta Informasi Akun Pengguna

(ilustrasi)

Kasus semacam ini juga bukan kali pertama terjadi. Pada Juni 2018, seorang hacker diduga telah mendapatkan akses ke sistem Apple yang digunakan oleh staf perusahaan untuk mengelola perbaikan dan layanan purna jual.

Sistem Apple ini digunakan untuk menyimpan informasi akun pelanggan-pelanggan Apple dan merupakan bagian dari jaringan Apple Global Service Exchange (GSX).

Mengutip laman Softpedia, Kamis (7/6/2018), hacker tersebut mengklaim bahwa dirinya telah menjual akses ke tool Apple itu setidaknya kepada 20 orang tiap harinya.

Kendati demikian, belum ada bukti apakah klaim hacker itu benar atau hanya omong kosong. Terlebih, tidak ada bukti yang menyebutkan kapan pelangganan data itu terjadi.

Berbagai informasi yang dibobol antara lain, model, seri, dan tipe Apple Watch beserta serial number-nya. Meskipun begitu, tidak ada detail akun terhubung dengan perangkat yang dimaksud.

Saat ditanya detail peretasan itu, si hacker menolak untuk menyediakan info lebih rinci. Tidak ada keterangan seperti screenshot yang membuktikan apakah peretasan benar-benar telah berlangsung.

Di sisi lain, sumber terdekat sistem Apple menyebutkan, screenshot yang diduga ditawarkan oleh hacker bukannya layanan yang kini digunakan untuk perusahaan.

Mereka meyakini, informasi yang disertakan pada tool tersebut hanya bersifat umum, bukan detail informasi pelanggan aktual.


Apple Enggan Berkomentar

Ilustrasi: Selain menjadi toko ritel pertama di Asia Tenggara, Apple Store ini juga menjadi toko pertama yang sepenuhnya menggunakan energi terbarukan (sumber : bgr.com)

Apple sendiri menolak berkomentar terkait adanya kemungkinan peretasan. Namun untuk saat ini memang belum ada bukti yang terpercaya bahwa sistem Apple telah diretas.

Satu hal yang jadi pertanyaan adalah bagaimana peretas berhasil mendapatkan akses ke sistem uji coba Apple tersebut.

Memang tidak berarti benar-benar ada peretasan, tetapi mengambil tool pengembangan Apple tentunya bukanlah hal mudah.

Khusus untuk pengguna, sampai saat ini harusnya tidak ada alasan untuk khawatir si peretas mendapatkan informasi pelanggan. 

(Dam/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya