Ekonomi Global Penuh Ketidakpastian

Ketidakmerataan pertumbuhan ekonomi global tidak terlepas dari ketegangan perdagangan antara AS dan beberapa negara lain.

oleh Merdeka.com diperbarui 27 Sep 2018, 19:34 WIB
Gubernur BI Perry Wardjio saat jumpa pers hasil Rapat Dewan Gubernur BI di Jakarta, Kamis (27/9). RDG BI memutuskan suku bunga Deposit Facility 25 bps menjadi 5,00%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,50%. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) memandang pertumbuhan ekonomi global saat ini semakin tidak merata dan disertai ketidakpastian di pasar keuangan global yang masih tinggi.

Gubernur BI Perry Warjiyo menyebutkan, ekonomi AS diperkirakan tetap kuat didukung akselerasi konsumsi dan investasi, dan dibarengi tekanan inflasi yang tetap tinggi.

"Sesuai dengan perkiraan, The Fed menaikkan suku bunga kebijakan Fed Fund Rate (FFR) sebesar 25 basis poin sebagai bagian dari proses normalisasi kebijakan moneter," kata Perry di kantornya, Kamis (27/9/2018).

Sementara itu, lanjutnya, pertumbuhan ekonomi negara-negara emerging market dan Eropa diperkirakan lebih rendah dari perkiraan.

"Ekonomi Jepang dan China bahkan cenderung menurun," ujar Perry.

Ketidakmerataan pertumbuhan ekonomi global tersebut tidak terlepas dari ketegangan perdagangan antara AS dengan sejumlah negara lain.

Tingginya ketidakpastian di pasar keuangan global juga mendorong para investor menempatkan dananya di aset-aset yang dianggap aman, khususnya di AS.

"Berbagai perkembangan tersebut pada gilirannya mengakibatkan dolar AS terus menguat yang kemudian mendorong aliran modal keluar dari negara-negara emerging market dan akhirnya menekan banyak mata uang negara berkembang," tutupnya.

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Jokowi Paparkan Strategi Hadapi Ketidakpastian Ekonomi Global

Presiden Joko Widodo memberikan kata sambutan saat membagikan sertifikat tanah di kawasan Stadion Pakansari, Cibinong, Bogor, Selasa (25/9). Jokowi membagikan 7.000 sertifikat tanah kepada masyarakat kabupaten dan kota Bogor. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menekankan pentingnya kerja sama antara semua pihak dalam upaya menghadapi ketidakpastian situasi perekonomian global.

Dia menuturkan, sinyal ketidakpastian ekonomi global tersebut antara lain kenaikan suku bunga bank sentral AS serta krisis di Argentina dan Turki.

"Apa yang harus kita kerjakan? Menurut saya adalah konsolidasi dan koordinasi yang kuat antara moneter, fiskal, dan dunia usaha," kata dia dalam perayaan 50 tahun Kadin Indonesia, di Ritz Carlton Hotel, Jakarta, seperti ditulis Selasa (25/9/2018). 

Jika kerja sama antara ketiga sektor ini dapat berjalan dengan baik, Mantan Walikota Solo ini yakin, Indonesia dapat memenangkan kepercayaan dunia internasional.

"Kalau kita bisa menemukan ini, mengkonsolidasikan dengan baik, ketemu, kita gampang sekali membangun yang namanya trust. Sama seperti bangun perusahaan, membangun sebuah korporasi, sebuah kepercayaan, penting sekali," ujar dia.

"Kita harus membangun trustconfident agar dunia internasional, pasar percaya bahwa kita memiliki keseriusan dalam menyelesaikan masalah di negara ini," tambah Jokowi.

Selain itu, arah dan tujuan pembangunan harus dapat ditetapkan secara jelas serta dapat dipertanggungjawabkan dengan data yang akurat. 

"Buat saya, arah pembangunan sudah tampak jelas. Tujuan juga harus sangat jelas. Target harus jelas. Ndak bisa kita sekarang ndak pakai angka-angka. Meskipun target tidak ketemu, yang penting beri target dulu. Arah serta tujuan itu kemudian disikapi dengan daya juang yang tinggi dan etos kerja yang tinggi," tegas dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya